Mengapa Pasangan AMIN Menang Pilpres 2024?


Pilpres merupakan salah satu momentum penting dan bersejarah dalam perjalanan politik Indonesia. Salah satu yang teranyar adalah pilpres yang berlangsung pada 14 Februari 2024. Tiga pasang calon menjadi peserta kontestasi kali ini yaitu pasangan 01 Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, 02 Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, dan 03 Ganjar Pranowo - Mahfud MD. Walau pun dipenuhi pelanggaran etik di MK dan KPU, kita tetap berharap agar pilpres kali ini berlangsung jujur, adil dan bermartabat.  

Salah satu paslon yang diduga kuat memiliki peluang besar untuk menang pilpres kali ini adalah pasangan 01 Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (pasangan AMIN). Mengapa demikian? Pasangan ini mendapat dukungan yang kuat dan besar di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Selain dikenal cerdas dan tegas, pasangan ini juga tergolong berpengalaman dan tidak tersangkut kasus hukum seperti yang menimpa para tokoh atau politisi lain. Sehingga masyarakat pun secara sadar dan serius mendukung dan tentu saja bakal memilih pasangan ini hingga menang pada pilpres kali ini. 

Lebih rinci perihal alasan yang memungkinkan pasangan AMIN menang pilpres kali ini adalah sebagai berikut: Pertama, mesin partai pendukung. Tiga partai pengusung pasangan AMIN adalah PKS, PKB dan NasDem. Kita harus akui bahwa tiga partai ini memiliki basis massa yang solid dan memiliki jejaring yang kuat di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Bila PKS memiliki basis yang kuat di penjuru kota, maka PKB sangat kuat di daerah atau perkampungan. Lalu Nasdem cukup kuat di kantong-kantong basis massa lintas latar belakang. Inilah yang agak sulit dimiliki oleh partai lainnya di Indonesia. 

Kedua, basis dan jejaring relawan yang berasal dari berbagai latar belakang. Pasangan AMIN memiliki organisasi relawan yang cukup banyak dan merata di seluruh Indonesia. Mereka bukan saja berlatar belakang aktivis, tapi juga penggiat pendidikan dan sosial juga literasi. Di samping itu, tentu saja relawan dari kalangan emak-emak dan aktivis muda lintas organisasi. Relawan AMIN muncul dari bawah dan tanpa pamrih. Mereka aktif dan akrab dengan masyarakat secara langsung dan membiayai aktivitasnya dengan uang dari kantong sendiri. 

Ketiga, agenda Desak Anies dan Selepet Imin. Kita menyaksikan Anies Baswedan kerap hadir di acara Desak Anies di berbagai kota di seluruh Indonesia. Seingat saya, sebanyak 22 kali ia hadir di forum yang dihadiri oleh mayoritas mahasiswa dan kalangan muda tersebut. Misalnya, di Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Surabaya, Mataram, Makasar, Palembang dan sebagainya. Begitu juga acara Selepet Imin berlangsung di berbagai tempat. Acara ini menjadi daya tarik tersendiri di kalangan muda terutama mahasiswa di berbagai kota di seluruh Indonesia. Mereka pun menyatakan dukungannya pada pasangan AMIN. 

Keempat, dukungan tokoh berpengaruh dan lintas agama. Anies adalah tokoh yang cerdas dan memiliki jaringan yang cukup luas. Ia juga berpengalaman memimpin Jakarta dan sukses menjalankannya pada 2017-2022 lalu. Ia akademisi dan penggerak gerakan sosial Indonesia Mengajar. Ia juga kerap menjadi narasumber berbagai forum nasional, regional dan internasional. Hal ini membuatnya mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak kalangan diantaranya adalah Din Syamsudin (mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah), Jusuf Kalla (mantan Presiden Indonesia ke-10 dan 12), tokoh anti korupsi, akademisi, dan tokoh lintas ormas keagamaan lainnya.  

Kelima, dukungan pemilih lintas partai politik. Betul bahwa pasangan AMIN diusung oleh PKS, PKB dan Nasdem, namun secara kultural pasangan ini didukung oleh para tokoh dan pemilih lintas partai politik. Hal ini bisa kita baca di berbagai pemberitaan media dimana pemilih Partai Ummat, Golkar, PAN, dan PPP tak sedikit yang mengatakan dukungan bahkan akan memilih pasangan AMIN pada pilpres kali ini. Hal ini ditopang lula oleh pengalaman AMIN sebagai aktivis pada zamannya. Bila Anies pernah menjadi aktivis HMI, maka Muhaimin pernah menjadi aktivis bahkan menjadi ketua umum PB PMII. 

Kita harus akui secara jujur bahwa di bawah kepemimpinan Joko Widodo terdapat banyak masalah yang muncul seperti kasus korupsi pejabat negara dari menteri hingga kepala daerah, kasak kusuk pelanggaran etik di MK dan KPU, KPK yang mandul, pengadaan IKN yang ugal-ugalan, penegakan hukum yang masih ngasal, ekonomi yang carut marut, pendidikan yang tak terarah dan berbagai masalah yang muncul lainnya. Pilpres sejatinya momentum untuk mengevaluasi perjalanan pemerintahan selama satu dekade belakangan ini. Kita harus berani dan tegas menghukum rezim Jokowi yang gagal menjalankan mandat. Caranya sederhana: datangi TPS dan menangkan pasangan yang tidak didukung Jokowi! (*) 


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Membaca Politik dari Titik Nol" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok