Mengingat Nasehat TGH. Muzakar Idris
Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits yang sangat mashur di tengah umat Islam, “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim).
Namun, rasa malas kerap kali menimpa para pencari ilmu, termasuk para santri. Dengan mengatasnamakan lelah, atau penat kemudian mereka berhenti dan tanpa sadar malah menjauh dari jalan yang benar. Jangankan santri, kita yang menjadi wali santri pun masih saja dirundung kemalasan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam konteks Pondok Pesantren Nurul Hakim, kita layak mengingat kembali nasehat TGH. Muzakar Idris pada pembekalan ijazah santri dan pelepasan santri akhir tahun yang berlansung pada 15 April 2023 lalu.
TGH. Muzakar Idris merupakan Direktur PPKh KMMI, salah satu lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Hakim, Kediri, Lombok Barat, NTB. Saat itu, beliau menyampaikan nasehat yang sangat berharga kepada para santri PPKh KMMI. Tentu nasehat tersebut berlaku juga bagi santri di lembaga pendidikan non PPKh KMMI.
Pertama, sabar, ikhlas dan semangat. Menurut beliau, kehidupan di pondok merupakan miniatur kehidupan di tengah masyarakat. Berbagai kenyataan di pondok merupakan medan latihan sekaligus ujian bagi para santri hingga kelak mampu menghadapi kenyataan hidup di tengah masyarakat.
Kesabaran, keikhlasan dan semangat mesti terus terjaga dalam diri. Mengapa demikian? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan, “Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat (hawa nafsu).” (HR. Muslim).
Maka, seorang pencari ilmu, seperti para santri, harus menjaga niat dan tekadnya untuk tetap berada di jalan menuju surge yaitu mencari ilmu. Jangan sampai dikalahkan oleh syahwat yang justru mengantarkannya ke dalam neraka, naudzubillahi min dzaalik.
“Nak, dalam menikmati liku kehidupan ini dibutuhkan rasa sabar, ikhlas dan semangat yang kuat,” ungkapnya. Beliau melanjutkan, “Semangat dibutuhkan agar kamu bisa termotivasi untuk bangkit dan tak berhenti dalam menghadapi tantangan hidup”.
Kedua, jangan terlalu banyak mengeluh. Berbagai kondisi yang dialami saat di pondok, kata beliau, menjadi tempaan berharga dalam membentuk kepribadian dan karakter santri. Sehingga dirinya semakin kuat, kokoh dan adaptif terhadap berbagai kondisi. Baik saat di pondok maupun kelak saat menjadi bagian dari masyarakat luas di luar pondok.
Kelelahan tak bisa diselesaikan dengan keluh kesah. Lelah yang dirasa cukup dinikmati dengan kesabaran yang tinggi sembari meningkatkan rasa syukur. Mengapa? Sebab hanya sedikit orang yang mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di pondok.
Beliau mengingatkan, mungkin ada saja kekurangan di sana-sini, tapi kehidupan di pondok penuh dengan kebaikan dan keberkahan. Karenanya, teruslah berpikir positif atau berbaik sangka dan banyak berdoa sekaligus berserah diri kepada Allah.
“Jangan terlalu banyak mengeluh, Nak. Hadapi saja semuanya dengan syukur dan sabar, selalu berpikir positif dan berserah diri kepada Allah Yang Maha segalanya,” tegasnya.
Ketiga, kebahagiaan diraih dengan kelelahan. Menurut beliau, setiap kebaikan pasti terbalas. Niat baik, tekad yang kuat dan pengorbanan sekaligus kesungguhan dalam meniti kehidupan di pondok, termasuk mendalami berbagai mata ilmu pasti melelahkan. Tapi perlu diingat, kelelahan di pondok pasti dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik ganjaran.
“Selamat atas kelulusan kalian Nak. Kebahagiaan di masa depan, sungguh akan membayar lunas seluruh lelah yang kalian rasakan hari ini,” lanjutnya. (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku “Never Giver, Keep Fight!”
Komentar
Posting Komentar