Pua adalah Motivator Ulung
Sebagai seorang ayah, Pua selalu mengingatkan kami agar menjaga niat dan semangat dalam menjalani hidup, termasuk dalam bekerja dan menempuh pendidikan. Pua pun menjadi sosok ayah yang aktif dan benar-benar peduli sekaligus perhatian pada kami anak-anaknya.
“Ingat, niat baik, menjaga semangat dalam diri dan selalu berupaya berbuat baik harus menjadi modal dalam menjalani kehidupan ini. Jangan pernah lengah dengan berbagai kesempatan yang tak terisi kebaikan,” ungkap Pua suatu ketika.
Ya, sisi lain yang akrab dengan sosok Pua adalah menjadi motivator bagi keluarga. Bahkan saya menjadi saksi bahwa Pua adalah sosok motivator ulung. Pua adalah orang pertama yang mentransfer motivasi kepada saya dan keluarga. Hal itu saya saksikan sejak kecil hingga terakhir kali bertemu dengan Pua pada Rabu 25 Maret 2020 lalu, hingga kelak pada Senin 26 Oktober 2020 Pua meninggal dunia.
Motivasi Dari Pua
Saat saya kecil, misalnya, Pua selalu memotivasi atau menyemangati kami anak-anaknya agar (1) rajin belajar, (2) giat baca buku, (3) disiplin waktu dan (4) telaten bekerja. Empat hal tersebut selalu saya ingat sejak kecil hingga saat ini. Bahkan anak-anak saya pun saya didik dan motivasi dengan empat hal tersebut. Sederhana tapi penuh makna.
“Kalau mau sukses, harus rajin belajar, banyak membaca buku, disiplin dalam mengisi waktu dan rajin bekerja. Sukses itu dari Allah, tapi Allah menyuruh kita agar berikhtiar lebih maksimal. Hasilnya nanti Allah yang tentukan,” jelasnya suatu saat.
Pertama, rajin belajar. Bagi Pua, belajar adalah modal sekaligus kunci kehidupan. Pua tidak membatasi belajar hanya di lembaga pendidikan formal. Sebab bagi Pua, semua lingkungan adalah tempat belajar yang kaya pembelajaran.
Hal itu Pua lakukan hampir setiap hari. Saat SD, saya baru saja kembali dari sekolah. Setelah makan siang, sejenak kami sekeluarga duduk menjelang ke kebun. Pua tidak membiarkan begitu saja. Pua manfaatkan kesempatan ini untuk memastikan tugas sekolah anak-anaknya sudah dikerjakan. Sehingga sebelum ke kebun atau ke sawah semuanya sudah selesai.
Bila belajar malam, Pua selalu mengecek catatan pembelajaran yang kami peroleh di sekolah. Pua mengecek satu per satu. Lalu, memastikan tugas dari sekolah setiap mata pelajaran dikerjakan dengan baik dan tuntas. Bahkan, Pua juga memastikan kami paham apa yang kami kerjakan. Pua sering bertanya tentang apa yang kami kerjakan, bisa atau tidak. Bila bisa, Pua mengapresiasi. Bila belum, Pua memberi penjelasan hingga kami paham.
Seingat saya, Pua tidak akan membiarkan kami tidur malam bila tugas dari sekolah belum dikerjakan. Bahkan Pua juga terbiasa untuk menanyakan kesiapan kami untuk seolah di esoknya. Pua bertanya banyak hal, bagaimana buku dan pulpennya, sudah disiapkan atau belum. Dengan begitu, kami terbiasa dan termotivasi untuk hidup serba teratur dan selalu siaga dalam pembelajaran.
Kedua, giat baca buku. Bagi Pua, giat membaca adalah kunci penting dalam mengarungi kehidupan di dunia. Apakah menempuh pendidikan formal atau tidak, membaca adalah keniscayaan. Pua bukan saja mengajak kami untuk membaca, tapi Pua sendiri yang memulainya. Pua suka membaca buku. Bahkan kadang sekali duduk satu buku tuntas dibaca. Pua mengajak dengan mencontoh.
Seingat saya, Pua selalu membimbing kami untuk membaca buku dan catatan pembelajaran di buku catatan. Setelah kami belajar biasanya Pua bertanya dengan beberapa pertanyaan, sehingga kami pun terpacu untuk menjawab dan giat dalam belajar. Dampaknya, hampir semua anaknya juara kelas, atau minimal juara 1 sampai 5, bahkan juara umum.
Ketiga, disiplin waktu. Hal lain, Pua tentu sangat ingin agar kami benar-benar menjadi generasi yang disiplin dalam menjaga waktu. Pua ingin agar kami tak membuang waktu dan membiarkan berlalu begitu saja. Kebiasaan hidup disiplin waktu sangat berpengaruh terhadap perjalanan hidup dan karier kami kelak. Saya sendiri merasakan motivasi dari Pua jadi kompas kehidupan.
Pua sangat menyadari betapa waktu yang berlalu takkan pernah kembali. Bila ia berlalu, maka selamanya berlalu. Sedetik pun takkan pernah kembali. Seluruh rangkaian kehidupan yang dilalui merupakan akumulasi detik per detik. Akumulasi dari detik ke detik itulah yang kelak menjadi umur atau jatah hidup kita di dunia yang hakikatnya sesaat.
“Biasakan untuk memanfaatkan setiap waktu dengan sebaik mungkin. Bila ada waktu sela walaupun hanya sebentar, gunakan untuk menyelesaikan tugas sekolah seperti pekerjaan rumah dari sekolah,” salah satu ungkapan Pua suatu ketika.
Pua ingin memastikan setiap detik yang kami lalui benar-benar digunakan secara produktif. Berkaitan dengan hal ini, saya menjadi teringat dengan buku berjudul “Demi Masa” karya Wikan Nandar Sunindyo yang terbit pada tahun 2020 lalu.
Pada buku setebal 192 tersebut penulis mengulas bagaimana keunikan waktu dan seperti apa seharusnya kita mesti mengisinya. Pua menjadi sosok yang telah menjalankan berbagai motivasi dalam buku tersebut, bahkan jauh-jauh hari sebelum kelak buku itu terbit.
Keempat, telaten bekerja. Pua juga tak pernah lelah mengingatkan kami agar menjadi anak yang rajin bekerja dan tidak malas-malasan. Hal itu bukan sekadar isapan jempol belaka, tapi Pua langsung yang memberi contoh. Pua sering ke kebun dan sawah untuk membersihkan dan menjaganya. Pua selalu mengajak dan melatih kami menjadi anak yang giat bekerja atau pekerja keras.
Pua bukanlah sosok yang malas, Pua sosok yang sangat rajin. Jangan kan pada saat di kebun dan sawah, saat duduk santai di rumah pun, Pua tetap melakukan sesuatu yang benar-benar bermanfaat dan menghasilkan. Misalnya Pua memecahkan kemiri untuk dijual, merapihkan tali ikat kerbau atau kambing, merapihkan buku di lemari dan sebagainya.
“Jangan pernah malas, sebab kalau malas nantinya waktu terbuang begitu saja. Bahkan bisa menghambat berbagai hal yang layak kita raih. Makanya, lakukan apapun yang bermanfaat sekecil apapun itu,” ujar Pua suatu saat.
Dalam perspektif Pakar Manajemen Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali dalam bukunya “Tomorrow is Today” (2018), zaman modern menghendaki adanya tindakan yang berdampak, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Walaupun terlihat sederhana, kata dia, tapi menjadi kebiasaan yang terjaga. Itulah yang dijalani Pua selama hidupnya, jauh sebelum buku itu terbit dan menjadi salah satu buku rujukan berbagai kalangan selama satu dekade terakhir.
Motivasi yang kami dapatkan dari Pua tentu sangat berpengaruh terhadap perjalanan pendidikan, karier dan kehidupan kami selanjutnya. Saya sendiri sangat merasakan manfaat dan dampak motivasi dari Pua. Dalam berbagai hal, bisa dikatakan saya mendapatkan motivasi dahsyat dari Pua. Pua benar-benar menjadi motivator yang selalu memantik untuk bangkit dan lebih kreatif.
Sehingga saya pun menulis buku berjudul “Plan Your Success” setebal 172 halaman yang terbit pada Oktober 2020, itu terinspirasi dari bimbingan, nasehat dan motivasi dari Pua. Saya pun semakin percaya bahwa ternyata Pua lebih dari sekadar seorang ayah, Pua juga merupakan seorang motivator ulung yang membanggakan saya dan keluarga besar. Semoga setiap kebaikannya jadi amal jariyah! (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku “Abdul Tahami; Ayah, Guru dan Pemimpin Inspiratif”
.jpg)
 
 
 
Komentar
Posting Komentar