Berhati-hatilah Pada Bantuan!


AWAL tahun 2020 merupakan awal negeri kita Indonesia terkena Corona Virus Disease 2019 yang akrab kita sebuat dengan Covid-19. Ia adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2).  Virus ini nyata menghadirkan dampak yang bertubi-tubi dalam segala aspek kehidupan kita. Terutama aspek kesehatan dan ekonomi. Sehingga pemerintah menginisiasi untuk menyediakan anggaran khusus bahkan dibagikan ke warga yang masuk kategori sesuai yang sudah ditentukan. 

Berikutnya, tak sedikit yang berpesta karena dapat bantuan beragam nama dan sebab. Baik karena kondisi ekonomi maupun yang kena dampak Covid-19. Gegara itu, mental tangan di bawah semakin membentuk alam bawa sadar sebagian kita bahwa dirinya layak mendapat bantuan dengan berbagai nama. Uniknya, tak sedikit menggunakan bantuan uang tersebut untuk berpesta dalam beragam cara. Bahkan ada juga yang menggunakannya untuk membeli rokok dan merokoknya, yang sudah bisa dipastikan akan dapat merusak kesehatan. 

Tapi kosa kata layak atau pantas mendapatkan bantuan pun terus diproduksi dalam beragam pola, waktu dan tempat. Hingga judul cerita dan tema obrolan pun diupayakan agar tentang bantuan ini itu pula. Hal tersebut terus terbangun secara masif hingga membentuk sebuah kepercayaan kultural secara mendadak bahwa mendapat bantuan ini itu adalah kemuliaan. 

Perlu diingatkan, hati-hati dan waspadalah kepada bantuan ini itu dari negara, baik dari pemerintah pusat maupun daerah. Sekadar diketahui, sesungguhnya utang Indonesia sudah banyak, bahkan nominalnya sangat besar. Menurut data Kementerian Keuangan posisi utang pemerintah per Mei 2021 mencapai Rp 6.418,15 Triliyun, atau setara dengan 40,49 % terhadap produk domestik bruto (PDB). Hari ini atau sampai beberapa bulan ke depan siapapun kita bisa tertawa ria, tapi setelahnya kita bahkan keturunan kita bakal terjerat utang negara itu. 

Uang pembayaran BPJS bakal naik, harga sembako bakal naik, harga BBM bakal naik, dan semua rerata naik. Transportasi lintas sektor, baik darat maupun udara juga laut bakal naik. Beberapa waktu terakhir pun sudah mulai terasa. Atau masih ada di antara kita yang tidak merasakan dampaknya? Semua itu demi melunsi biaya bantuan yang kita dapatkan itu, ditambah lagi untuk pembiayaan kebutuhan lainnya.   

Daerah kita pun bakal tak maju-maju alias tak ada perbaikan infrastruktur karena anggarannya dialihkan untuk urusan jangka perut dengan beragam argumentasi, bukan untuk urusan jangka panjang. Apa yang saya sampaikan ini terbaca dan bisa saja membuat sebagian orang geram dan telinganya panas. Tapi percayalah, lebih baik saya menyampaikan apa adanya daripada berdiam diri dan mati seribu kata! 

Air PDAM yang semestinya kita nikmati pun bakal mengalami masalah. Begitu juga listrik PLN. Bakal ada kenaikan harga. Ditambah lagi masalah pengangguran yang semakin memuncak, maka semuanya semakin sulit dan tak membuat kita tersenyum. Apa yang kita nikmati hari ini, bisa jadi besok pagi atau mungkin sebulan lagi sudah jadi kotoran. Hanya menjadi dan sesederhana itu.  

Makanya jangan pernah bahagia karena dapat bantuan ini itu dari negara. Lebih baik kita belajar mandiri dan berjuang mati-matian untuk mendapat jatah rezeki dari Allah. Kita mesti membuktikan bahwa kita memang pejuang kehidupan, bukan penanti sumbangan dari APBN atau APBD. Kita bukan budak-budak kekuasaan. Jangan sampai kita begitu semangat merebut dan mengejar sumbangan, tapi malas dalam bekerja dan berikhtiar dengan potensi yang kita miliki. 

Allah berfirman, "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. al-Baqarah: 233)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangiapa pada waktu malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni Allah." (HR. Ahmad) 

"Sesungguhnya diantara dosa-dosa ada yang tidak bisa dihapus dengan pahala shalat, sedekah atau haji, namun hanya dapat dihapus dengan bersusah payah dalam mencari nasfah." (HR. at-Thabrani)

"Apabila seorang keluar (dari rumah) bekerja untuk anaknya  yang masih kecil maka itu fi sabilillah. Dan apabila ia bekerja  untuk orangtuanya yang sudah lanjut usia maka itu  fi sabilillah. Dan apabila keluar untuk dirinya agar terjaga kehormatannya (tidak meminta-minta) maka itu fi sabilillah." (HR. at-Thabrani)

"Siapa yang mencari nafkah halal untuk menjaga diri dari meminta-minta memenuhi keluarga serta berbagi dengan keluarga maka ia datang pada hari kiamat dengan wajah seperti bulan purnama". (HR. at-Thabrani)

"Sungguh, tidak kah engkau menginfakkan (harta) dengan tujuan mengharap (melihat) wajah Allah (pada hari kimata nanti) kecuali engkau akan mendapatkan ganjaran walaupun makanan yang engkau berikan kepada istrimu." (HR. Bukhari)

Di situ kita bakal merasakan nikmatnya bekerja sekaligus berjuang dalam kesungguhan dan pengorbanan yang tak berbilang. Tapi kalau gegara Covid-19 kita jadi pemalas, maka itu sejatinya lebih berbahaya dari Covid-19. Di sinilah perlunya kita berbenah dan tak boleh takluk sama realitas atau kondisi yang kita hadapi. Di sinilah perlunya membangun kemerdekaan diri dari berbagai belenggu termasuk sumbangan yang membuat kita hanya gembira sesaat, tapi selanjutnya hanya bisa menyesal, bahkan menjadi manusia dan warga negara yang kalah dan tidak mandiri. 

Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-baik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan menjaganya. Dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ingat, jangan bangga mendapat bantuan ini itu dari negara. Karena mental kita bakal seperti orang terjajah. Kita tidak punya daya imajinasi dan kreatifitas dalam membangun masa depan. Kita hanya dipaksa untuk memahami bahwa hari ini adalah hari ini. Karena sudah mendapat jatah bantuan ini itu dari negara. Mendapat jatah bantuan beragam nama, padahal menghilangkan semangat kita dalam mengais rezeki.

Padahal bila mau jujur, potensi yang Allah berikan kepada kita sangat luar biasa. Bila saja kita mampu mengelolannya secara maksimal, maka kita bakal mendapatkan yang maksimal pula. Di sini yang dibutuhkan adalah tekad, ikhtiar, kesungguhan, semangat dan pengorbanan kita. 

Percaya dan optimislah bahwa kita bakal mendapatkan sesuatu yang luar biasa, lebih besar dari sumbangan yang kita dapatkan saat ini. Bangun kesadaran penuh bahwa kita bisa keluar dari kemelut karena Covid-19, karena ada begitu banyak yang mendoakan dan mendukung kita secara diam-diam dan tanpa kita minta. 

Andai Covid-19 ini merupakan bagian azab dari Allah karena berbagai dosa dan maksiat kita selama ini, maka segeralah memohon ampun atau bertaubat kepada-Nya. Giatkan diri untuk berbenah, atas semua lakon gelap kita selama ini. Bisa jadi Allah murka karena dosa dan khilaf kita sudah menumpuk. Teruslah memohon pertolongan dan rahmat-Nya yang luasnya tak terbatas, niscaya Ia bakal menolong dan merahmati kita dengan berbagai bentuk pertolongan dan rahmat-Nya. Bahkan Ia juga bakal mengampuni kita. 

Allah berfirman,  "Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. az-Zumar: 53)

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. an-Nisaa: 48)

Dan yang paling penting lagi, kita mesti yakin bahwa Allah Maha Melihat, Maha Berkuasa dan Maha Kaya. Pasti Ia mengetahui apa kebutuhan atau hajat kita. Maka teruslah mendekat dan meminta kepada-Nya. Sungguh, Allah sangat rindu kita semakin akrab dan mendekat pada-Nya. "Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan menjaganya. Dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya", begitu pesan jenial nabi tercinta kepada kita seperti yang sudah saya kutipkan sebelumnya. Singkatnya, jangan berbangga bila mendapatkan sumbangan apapun. Lebih baik bekerja sekuat tenaga, menjemput rezeki Allah dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Insyaa Allah Allah akan mencukupkan semua hajat dan kebutuhan kita. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Kalo Cinta, Nikah Aja!" dan "Badai Covid-19 Pasti Berlalu!" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok