Penipuan Di Sekitaran Covid-19


SUDAH setahun lebih sejak awal 2020 hingga kini bencana non alam: Covid-19 masih menghantui negeri kita Indonesia. Tak sedikit yang terpapar, dari yang sekadar sakit hingga meninggal dunia. Dari sekitar 185 juta orang sedunia yang terpapar, sekitar 4 jutanya sudah meninggal dunia. Namun sekitar 160-an juta lainnya sudah sembuh dan sisanya masih dalam proses penyembuhan. 

Pada suasana semacam ini tentu bakal memberi dampak besar pada berbagai aspek kehidupan. Selain aspek kesehatan, aspek ekonomi adalah aspek yang mengalami dampak yang cukup besar. Jangan kan warga biasa yang memang secara ekonomi sudah kerap mengalami kesulitan, mereka yang berdompet tebal pun mengalami kesulitan. Bahkan, para penipu yang kerap melakukan tindakan pidana pun pasti terdampak juga. 


Hal ini minimal saya pahami dari apa yang saya saksikan hari ini. Ceritanya begini. Saya dan keluarga kecil saya: istri saya Eni Suhaeni dan anak-anak saya Azka Syakira, Bukhari Muhtadin dan si bungsu Aisyah Humaira baru saja selesai menunaikan shalat Magrib berjama'ah. Seperti biasa bila keluarga kecil saya membaca buku sembari menemani si bungsu, saya membaca berbagai berita secara online dan pesan masuk di berbagai akun media sosial dan nomor Handphon atau HP saya. Tak diduga, sebuah pesan pun masuk lewat pesan WhatsApp. 

** 

[15/7 19:13] Penipu: boleh minta tolong sebentar

[15/7 19:14] Syamsudin Kadir: Boleh

[15/7 19:14] Penipu: Bisa pinjam saldo 850ribu buat kirim ke mandiri. Insyaallah besok pagi2 jam 8 di ganti.

[15/7 19:14] Syamsudin Kadir: Telpon aja. Soalnya saya agak susah ngetik...

[15/7 19:14] Penipu: Bisa. 

[15/7 19:14] Syamsudin Kadir: Video call aja...

[15/7 19:14] Penipu: Ya

[15/7 19:15] Syamsudin Kadir: Saya tunggu ya

[15/7 19:16] Syamsudin Kadir: Mohon kirim rekening mandirinya. Saya mau transfer....

[15/7 19:18] Penipu: BANK MANDIRI AN. Prastyani wulandari, Norek . 1150007461306

[15/7 19:18] Penipu: Poto bukti kirim ya. Makasih

[15/7 19:18] Syamsudin Kadir: Itu nomor Bang Ismul atau istrinya?

[15/7 19:18] Penipu: Istri

[15/7 19:18] Penipu: Poto bukti kirim ya

[15/7 19:21] Syamsudin Kadir: Butuhnya Rp 850 ribu atau Rp 8,5 juta? Biar saya sesuaikan transfernya.

[15/7 19:21] Penipu: 850 ribu aja

[15/7 19:21] Penipu: Poto bukti kirim ya kalau udah

[15/7 19:22] Syamsudin Kadir: Saya mau transfer sekarang. Saya video call ya...

[15/7 19:23] Penipu: Buat apa

[15/7 19:23] Penipu: Poto aja buktinya ya

[15/7 19:23] Syamsudin Kadir: Kangen aja.

[15/7 19:23] Syamsudin Kadir: Lama tak bersua. Uangnya engga usah dibalikin.

[15/7 19:37] Syamsudin Kadir: Saya masih di jalan, mau transfer.  Canggung kalau Rp 850 ribu. Saya transfer Rp 5 juta aja ya. Mumpung lagi santai dan ada rezeki. Bagaimana?

[15/7 19:37] Penipu: Iya

[15/7 19:37] Penipu: Poto bukti kirim ya

[15/7 19:39] Syamsudin Kadir: Iya. Tapi besok mau dibalikinnya jam berapa, jam 8 pagi atau jam 8 malam?

[15/7 19:40] Penipu: Pagi

[15/7 19:41] Syamsudin Kadir: Tunggu sekitar pukul 21.30 ya. Soalnya saya mau makan malam dulu sama keluarga...  Mau ikutan makan engga nih...?

[15/7 19:41] Penipu: Iya

[15/7 19:41] Penipu: LAnjut

[15/7 19:51] Syamsudin Kadir: Sambil makan kita ngobrol...  Sibuk apa sekarang?

[15/7 19:57] Syamsudin Kadir: Halo... Fokus apa nih?

[15/7 20:14] Syamsudin Kadir: Saya sudah makan nih... Lagi santai dulu.

** 


Begitulah isi percakapan saya dengan si penipu itu kali ini. Pada Handphon atau HP saya nomor WhatsApp aslinya saya tulis Bang Ismul Hidayat. Tapi pada percakapan kali ini saya pakai nama Penipu. Biar lebih seru dan memang sudah selayaknya begitu. Saya merasa seru juga bisa bercanda sekaligus "ngerjain" penipu yang telah mengambil alih nomor WhatsApp Bang Ismul Hidayat, senior saya dulu di Pondok Pesantren Nurul Hakim di Kediri, Lombok Barat-NTB yang kini menjadi anggota DPRD Kota Mataram-NTB.


Saya mengetahui nomor WhatsApp tersebut dibajak penipu dari status facebook sahabat saya di Pondok yang sama dulu, Al-Ustadz Dr. Ahmad Musyaddad, Lc., ME.I, yang juga adik kandung Bang Ismul Hidayat, yang kini menjadi penerjemah Khutbah Khatib Jumat di Masjidil Haram Mekkah al-Mukaraomah. Di akun facebooknya saya membaca bahwa betul nomornya dalam pembajakan orang tak dikenal. Dari situ saya semakin percaya bahwa memang nomornya benar-benar sedang dibajak oleh orang yang tak bertanggungjawab. 

Covid-19 memang telah berdampak bagi berbagai aspek kehidupan umat manusia. Jangan kan orang waras, para penipu pun sepertinya terkena dampak juga. Mereka pun tak ragu-ragu untuk melakukan tindakan pidana termasuk mengambil alih nomor WhatsApp orang lalu dijadikan sebagai media penipuan. Mereka begitu berani dan bangga melakukan itu demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Dugaan saya, pelakunya sudah profesional dan kerap melakukan hal serupa untuk korban yang berbeda.  

Menariknya lagi, pelaku begitu santun dalam melakukan teknis aksinya. Tidak memaksa para korban, tapi merayunya dengan seksama. Seperti yang saya alami di atas, ia begitu lihai menipu saya. Bagi korban yang tak memiliki diksi yang khas saat berbicara dengan pemilik asli nomor atau akun yang dibajak bakal benar-benar jadi korban. Tapi bagi yang cerdas, tindakan semacam ini bakal dijadikan momentum tuk bercanda. Bahkan bisa melakukan penipuan serupa untuk para penipu. 

Sebetulnya apa yang dilakukan penipu tersebut tak jauh beda dengan apa yang dilakukan oleh para oknum pejabat atau siapapun yang melakukan tindakan pidana atas anggaran dan atau bantuan sosial alias bansos pada masa pandemi ini. Mereka senyawa yang sama yaitu sama-sama penjahat bencana. Pada kondisi masyarakat terlilit berbagai kebutuhan, malah mereka terjebak pada tindakan yang sangat biadab: korupsi alias mencuri. Ini merupakan tindakan penipuan yang sangat nyata. Di hadapan publik atau korbannya mereka berwajah santun dan lembut padahal mereka adalah harimau ganas berbuku musang. 

Bencana non alam seperti Covid-19 ini memang berdampak pada seluruh aspek kehidupan kita terutama aspek ekonomi. Namun tindakan pidana seperti mencuri anggaran atau bansos, termasuk tindakan penipuan menggunakan media apapun adalah tindakan yang sangat tidak diperkenankan. Karena bakal menimbulkan masalah sosial yang lebih besar. Dan, tentu bakal menimbulkan instabilitas nasional. Bahkan hal tersebut sangat bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. 

Untuk itu, kita meminta penegak hukum dalam hal ini aparat kepolisian untuk segera bertindak tegas kepada para pelaku. Pastikan mereka dibawa ke meja hijau untuk diproses melalui mekanisme penegakan hukum yang berlaku. Namun karena mereka melakukannya pada kondisi pandemi, kita menuntut agar menghukum para pelaku dengan seberat-beratnya bahkan bila perlu dihukum mati. 

Kabar baiknya, sampai detik ini saya belum mentransfer uang sepeserpun kepada si penipu melalui nomor rekeningnya yang entah asli atau palsu itu, dan tentu tidak bakal melakukannya. Sebab pada beberapa bulan terakhir saya dan banyak orang di luar sana sudah kerap mendapatkan hal serupa dalam beragam cara. Sehingga bisa dianggap lihai juga untuk menghadapi para penipu itu. Selebihnya, beginilah cara saya menipu para penipu itu. Menulis dan mengelabui mereka dengan cara yang lebih asyik. Mungkin ini juga cara gokil yang bisa kita tempuh dalam menghadapi tipuan di sekitaran Covid-19 dan agar badai Covid-19 ini segera berlalu.(*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Badai Covid-19 Pasti Berlalu" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah