Covid-19 pun Menyadarkan Kita


COVID-19 tiba-tiba menjadi perbincangan global sejak awal 2020 silam hingga kini. Hampir tak ada pemberitaan media massa dan media online yang menepikan berita dan informasi terkini seputar virus ini. Bahkan berbagai akun dan group media sosial pun dipenuhi oleh obrolan seputar virus yang sama. Sebetulnya, virus ini sudah ditemukan dan menjalar di China, tepatnya di Wuhan, pada akhir 2019. Namun mulai menjalar ke berbagai negara di dunia sejak awal 2020. Khusus untuk Indonesia, virus ini masuk sejak pertengahan Februari 2020, namun secara resmi diumumkan sebagai bencana non alam negara pada 2 Maret 2020. 

Tak sedikit orang yang terpapar oleh virus ini. Virus ini pun benar-benar membabi buta melakukan penyerangan. Ia pun terkenal tak mengenal usia dan jenis kelamin mereka yang dibidik menjadi objeknya. Ia tak peduli agama, suku, ras dan latar sosial lainnya bagi orang yang menjadi targetnya. Ia tak memperhatikan jabatan, profesi dan status sosial para korbannya. Ia tak ada urusan dengan kebaikan dan kesolehan juga keburukan atau kejahatan orang yang menjadi incarannya. 

Berbagai negara di dunia pun mencatat jumlah korban yang tak sedikit. Mereka yang terpapar pun jumlahnya cukup fantastis. Walau antar negara memiliki angka yang variatif, kadang naik dan kadang turun, namun seluruhnya membuat berbagai negara dibikin rumit, terutama dalam mencegah dampak sosial sebagai ikutannya serta menyusun ulang berbagai anggaran. Jumlah yang sakit dengan gejala umum seperti batuk, flu, pilek, demam, tenggorokan sakit, badan ngilu atau lemes, nafsu makan menurun, penciuman melemah dan masih banyak lagi, pun tak sedikit. 

Angka korban meninggal akibat serangan virus ini pun tak bisa dianggap remeh. Walau yang sembuh dari sakit pun jauh lebih besar daripada yang meninggal. Singkatnya, virus Corona sedang menyerang manusia di seluruh dunia tanpa pandang bulu. Per 30 Juli 2021, untuk seluruh dunia total yang terpapar virus ini mencapai 197.299.001 kasus. Dari sini, yang meninggal mencapai 4.212. 951 jiwa, yang sembuh mencapai 178.486.176 jiwa, dan dalam perawatan mencapai 14.599.874 jiwa.  

Kasus terbanyak yang terpapar per 30 Juli 2021, untuk lima besar dunia adalah Amerika Serikat yaitu mencapai 35.572.554 kasus. Lalu diikuti India yang mencapai 31.571.295 kasus. Selanjutnya diikuti Brasil yang mencapai 19.839.369, Rusia mencapai 6.218.502 kasus dan Prancis mencapai 6.079 239 kasus. Untuk Indonesia sendiri masuk urutan ke 14 dari ratusan negara di dunia yang terpapar dengan total kasus mencapai 3.331.206 kasus. Dari sini, yang meninggal mencapai 90.552 jiwa, yang sembuh mencapai 2.686.170 jiwa, dalam perawatan mencapai 554.484 jiwa dan kasus baru mencapai 43.479 kasus. 

Dari berbagai data kita bisa mengambil kesimpulan sederhana bahwa virus ini cukup berbahaya bagi nyawa manusia. Walau demikian, dari data yang sama kita juga optimis bahwa virus ini sejatinya dapat ditanggulangi. Sehingga kita pun boleh optimis bahwa bencana non alam yang telah menggoncang dunia ini sangat mungkin kita akhiri dan bakal berakhir. Kuncinya adalah kedisiplinan kita dalam berikhtiar seperti menjaga kesehatan, tak berkerumun, dan menjaga iman juga spiritual. Tentu di samping strategi jenial dan langkah jitu pemerintah di berbagai negara termasuk Indonesia dalam menanggulangi virus dan dampak ikutannya. 

Corona Menyadarkan 

Secara sederhana kita boleh mengataman bahwa pada dasarnya Covid-19 telah menyadarkan kita tentang banyak hal. Misalnya, pertama, kita semakin menyadari bahwa Allah Maha Kuasa di atas segalanya. Ia adalah satu-satunya Penguasa yang mengendalikan seluruh makhluk di langit dan bumi. Betapa banyak upaya manusiawi yang kita lakukan untuk menjaga jiwa dan fisik kita, namun semua itu akan punya dampak apa-apa karena dikendalikan oleh Allah. Bila Allah menentukan lain dari yang kita harapkan itu pertanda memang kita sangat lemah dan tak berdaya bila dibandingkan dengan kuasa dan kendali Allah atas kita dan makhluk lainnya. 

Kedua, kita semakin menyadari bahwa menjaga iman dan spiritual itu sangat penting.  Sebab ini adalah modal utama yang menguatkan kita dalam melalui berbagai tantangan kehidupan. Bahwa Allah adalah penyembuh dan sumber utama dari seluruh kehidupan kita. Sekuat apapun fisik kita, bila menepikan iman dan spiritualitas hal tersebut hanya akan membuat kita terpapar kekufuran. Bila iman dan spiritual kita kokoh maka jiwa kita bakal tenang. Bila jiwa kita tenang, ia bakal menjadi sumber imunitas yang sangat berharga dan bermakna bagi kehidupan kita. Termasuk dalam menghadapi Covid-19. 

Ketiga, kita menyadari bahwa menjaga kesehatan fisik itu sangat penting. Makan dan minum yang perlu dan menyehatkan serta berolahraga pun mesti kita lakukan secara disiplin. Kita pun diingatkan agar tidak mendekat pada sumber penyakit yang membahayakan fisik dan jiwa kita. Kita dituntut untuk memastikan kehidupan dan lingkungan kita benar-benar bersih, serta segala kotoran diupayakan untuk dibersihkan secara rutin. Diri, keluarga dan lingkungan kita pun mesti steril dari berbagai kotoran dan virus berbahaya termasuk Covid-19. Berbagai upaya kita lakukan, baik pada saat tidak terpapar maupun pada saat terpapar, atau setelahnya. 

Keempat, kita menyadari bahwa kita bakal menemui ajal kematian. Bila kita merujuk pada perspektif agama, dalam hal ini Islam, kita sejatinya perlu membangun kesadaran mendasar yaitu bahwa semua yang bernyawa pasti mengalami kematian. Bila ajal kematian tiba, tak satu pun yang mampu menunda atau mendahuluinya. Dengan atau tanpa Corona pada dasarnya kita tetap mengalami kematian, dalam agama Islam hal itu disebut dengan takdir kematian. Walau begitu, mesti diakui juga bahwa jalan takdir termasuk kematian itu ada proses dan biangnya, termasuk karena dan dampak virus atau Covid-19. 

Allah berfirman, "Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. al-A'raf: 34). Kemudian, "Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Dan sesungguhnya kalian akan dibayar dengan balasan penuh di hari kebangkitan. Maka barangsiapa yang telah dikeluarkan dari api neraka dan diizinkan untuk masuk surga, sungguh dia sangat beruntung. Dan kehidupan dunia ini tidak lain adalah suatu tipuan”. (QS. Ali 'Imran: 185) 

Selama ini mungkin saja kita mengganggap beberapa hal di atas tidak penting bahkan sengaja kita abaikan. Sehingga pada saat virus ini menghebohkan seluruh dunia kita terlihat panik, kagetan dan cemas. Kita terlihat seperti dihantui oleh rasa khawatir yang menjadi-jadi, bahkan sikap paranoid yang melampaui batas. Sampai-sampai tak sedikit diantara kita yang takut kematian gegara virus ini telah menghilangkan nyawa jutaan orang seperti pada data yang disebutkan sebelumnya. Padahal setiap yang bernyawa termasuk kita bakal pasti mengalami kematian. Pertanyaan ini pun mestinya meningkatkan kesadaran kita, "Mengapa sebelum ada Covid-19 kita seperti abai pada kematian dan bekal untuk menghadapinya?" 

Ala kulli hal, melalui tulisan ini saya sedang berikhtiar untuk saling berbagi inspirasi, semangat dan optimisme serta mengingatkan pada sesama, agar terus membangun kesadaran kolektif dan lebih subtantif pada masa pandemi ini. Secara manusiawi kita tentu saja panik, cemas dan khawatit, namun yang lebih penting dari semua itu adalah sadar dan berbenah diri. Mudah-mudahan kita semua semakin tersadarkan dan segera berbenah, agar kehidupan kita di dunia yang tersisa ini terisi dengan amal-amal baik, produktif serta bermanfaat, sehingga dampaknya nanti kehidupan kita di akhirat kelak benar-benar bahagia! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Kalo Cinta, Nikah Aja!" dan "Indahnya Islam Di Indonesia" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah