Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Islam
ILMU pendidikan Islam merupakan upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran agama Islam, disertai tuntunan untuk menghormati penganut
agama lain dalam hubungannya dengan kehidupan sosial terutama dalam hal kerukunan
antar umat beragama, hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa dan negara.
Dinamika, kompetisi dan tantangan
global yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin canggih serta budaya materialistik dan hedonistik yang nyaris tak
terbendung akhir-akhir ini hanya akan merusak kehidupan manusia manakala tidak
diimbangi dengan akhlak yang mulia dari para pelaku atau penikmatnya.
Salah satu cara untuk
menumbuhkembangkan akhlak yang mulia tersebut adalah melalui pendidikan agama
khususnya pendidikan Islam. Melalui pendidikan Islam diharapkan akan lahir
intelektual-intelektual (Islam) yang mau memikirkan dan mencoba untuk membawa
negeri tercinta ini keluar dari jurang krisis dan berusaha untuk menciptakan
masyarakat dan bangsa yang beradab, sehingga mampu berperan dalam membangun
dunia ke arah yang semakin beradab pula.
1.1. Pengertian Pendidikan Islam
Dalam konteks Islam, pendidikan secara bahasa (lughatan) ada
tiga kata yang digunakan.[1] Ketiga
kata tersebut, yaitu : 1) At-tarbiyah,
2) Al-ta’lim, dan 3) Al-ta’dib. Ketiga kata tersebut memiliki
makna yang saling berkaitan saling cocok untuk pemaknaan pendidikan dalam
Islam. Ketiga makna itu mengandung makna yang amat dalam, menyangkut manusia
dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan berkaitan
dengan satu sama lain.
At-tarbiyah
(التربية) berakar dari tiga kata, yakni pertama, berasal dari kata rabba yarbu (يربو – ربا) yang artinya
bertambah dan bertumbuh. Kedua,
berasal dari kata rabiya yarbi (يربى –
ربي) yang artinya tumbuh dan berkembang. Ketiga, berasal dari kata rabba yarubbu (يربو – رب)
yang artinya memperbaiki, membimbing, menguasai, memimpin, menjaga dan memelihara.
Al-ta’lim (التعليم) secara ligahwy berasala dari kata fi’il tsulasi mazid biharfin wahid, yaitu ‘allama yu ‘allimu
(يعلم – علم). Jadi ‘alama (علم) artinya mengajar. Al-ta’adib
(التأديب) berasal dari kata tsulasi maszid bihaijmn wahid, yaitu ‘addaba yu ‘addibu (يأدب –
أدب). Jadi ‘addaba (أدب) artinya memberi adab.
Dalam memberikan arti atau
pengertian dalam ilmu pendidikan Islam, berbagai pendapat bermunculan dari kalangan
besar pemikir dan intelek-intelek Islam. Ada yang merumuskan bahwa pendidikan Islam
adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum hukum agama Islam mengenai
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran agama Islam.[2]
Menurut
definisi di atas setidaknya
harus ada 3 unsur yang mendukung tegaknya pendidikan Islam. Pertama, harus ada usaha usaha yang
berupa bimbingan bagi pengembangan potensi jasmani dan rohani secara
berimbangan. Kedua, usaha tersebut
berdasarkan pada ajaran ajaran Islam. Ketiga,
usaha tersebut bertujuan agar peserta didik pada akhirnya memiliki kebribadian
yang utama dan sesuai dengan ukuran Islam
(kepribadian muslim).
Menurut Miqdad
Yelyin (2004) seorang Guru Besar Ilmu Sosial di Universitas Muhammad bin Su’ud Riyadl,
Saudi Arabia) seperti yang dikutip oleh Munarji (2004), pendidikan Islam adalah usaha menumbuhkan dan
membentuk manusia muslim yang sempurna dari segala aspek yang bermacam macam
seperi aspak kesehatan, akal, keyakinan, jiwa, kemauan, daya cipta dalam semua
tingkat pertumbuhan yang disinari oleh cahaya yang dibawa oleh Islam dengan
versi dan metode-metode pendidikan yang ada.[3]
Menurut
Muhammad Al-Jumaly (1996), pendidikan Islam adalah proses yang mangarahkan manusia
kepada kehidupan yang lebih baik dan menyangkut derajat kemanusiaannya, sesuai
dengan kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).[4]
Menurut I. L. Parasibu dan Simanjuntak (1978) pendidikan Islam adalah usaha yang
dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membantu, dan
membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya serta mengubah diri
sendiri, dari kwalitas satu ke kwalitas yang lebih tinggi.[5]
Menurut Omar
Muhammad At Taurny Al Syaibani (1979), pendidikan Islam adalah usaha mengubah
tingkah laku individu dalam kehidupan pribadiannya atau kehidupan
kemasyarakatan dan kehidupan alam sekitarnya
melalui proses pendidikan.[6]
Dengan demikian inti pokok
pendidikan Islam adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin)
dalam arti tuntunan yang menuntut peserta didik untuk memiliki kemerdekaan
berfikir, merasa, bertindak, dan berbicara serta percaya pada diri sendiri
dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupan
sehari hari dengan berlandaskan ukuran-ukuran tertentu yang telah ditentukan
dalam agama Islam.
1.2. Tujuan Pendidikan Islam
Islam
menghendaki agar manusia dididik agar mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut
Allah ialah beribadah kepada-Nya. Seperti dalam Surat adz Dzariyat ayat 56, “Dan
Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu”.
Berikut
ini merupakan tujuan pendidikan Islam menurut beberapa tokoh.
- Tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya. (Dr. Ali Ashraf)
- The fist and highest goal of Islamic is moral refinment and spiritual, training” (tujuan pertama dan tertinggi dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi pekerti dan pendidikan jiwa)”. (Muhammad Athiyah al-Abrasy)
- Membentuk manusia yang berjasmani kuat dan sehat dan trampil, berotak cerdas dan berilmua banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan berpendirian teguh. (Syahminan Zaini)
- Terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. (Abdul Fatah Jalal)[7]
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan
melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan
indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek
fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah
dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek
tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan.
Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada
perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT., baik secara pribadi, komunitas,
maupun seluruh umat manusia. Dalam hal
ini peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia atau mengembalikan manusia
kepada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah
Allah sehingga mewujudkan manusia yang[8],
pertama, berjiwa tauhid. Tujuan
pendidikan Islam yang pertama ini harus ditanamkan pada peserta didik,sesuai
dengan firman Allah yang artinya: “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada
anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya, Hai Anakku janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah
benar-benar kezhaliman yang besar”. (QS. Luqman :13)
Manusia yang mengenyam pedidikan
seperti ini sangat yakin bahwa ilmu yang ia miliki adalah bersumber dari Allah,
dengan demikian ia tetap rendah hati dan semakin yakin akan bebesaran Allah.
Kedua, takwa kepada
Allah SWT. Mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah merupakan tujuan
pendidikan Islam, sebab walaupun ia genius dan gelar akademiknya sangat banyak,
tapi kalau tidak bertaqwa kepada Allah maka ia dianggap belum atau tidak
berhasil. Hanya dengan ketaqwaan kepada Allah saja akan terpenuhi keseimbangan
dan kesempurnaan dalam hidup ini. Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang paling Taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS.
Al-Hujurat: 13)
Ketiga, rajin beribadah
dan beramal saleh. Tujuan pendidikan islam juga adalah agar peserta didik lebih
rajin dalam beribadah dan beramal saleh, apapun aktivitas dalam hidup ini
haruslah didasarkan untuk beribadah kepada Allah, karena itulah tujuan Allah
menciptakan manusia di muka bumi ini. Allah berfirman yang artinya, “Dan aku
tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepada-Ku”
(QS. Adz-Dzariyaat : 56)
Termasuk dalam pengertian beribadah
tersebut adalah beramal salih (berbuat baik) kepada sesama manusia dan semua
mahkluk yang ada di alam ini, karena dengan demikian akan terwujud keharmonisan
dan kesempurnaan hidup.
Keempat, ulil albab. Tujuan
pendidikan Islam berikutnya adalah mewujudkan ulil albab yaitu orang-orang yang
dapat memikirkan dan meneliti keagungan Allah melalui ayat-ayat qauliyah yang terdapat di dalam kitab
suci Al-Qur’an dan ayat-ayat kauniyah
(tanda-tanda kekuasaan Allah) yang terdapat di alam semesta, mereka ilmuan dan
intelektual, tetapi mereka juga rajin berzikir dan beribadah kepada Allah SWT.
Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka”. (QS. Ali Imran :190-191)
Kelima, berakhlakul karimah.
Pendidikan dalam Islam, selain bertujuan untuk mencetak manusia yang memiliki
kecerdasan saja, juga berusaha mencetak manusia yang berahklak mulia. Ia tidak
akan menepuk dada atau bersifat arogan (congkak) dengan ilmu yang dimilikinya,
sebab ia sangat menyadari bahwa ia tidak pantas bagi dirinya untuk sombong bila
dibandingkan ilmu yang dimiliki Allah, malah ilmu yang ia miliki pun serta yang
membuat ia sampai pandai adalah berasal dari Allah. Apabila Allah berkehendak
Dia bisa mengambil ilmu dan kecerdasan yang dimiliki mahkluknya (termasuk manusia)
dalam waktu seketika. Allah mengajarkan manusia untuk bersifat rendah hati dan
berakhlak mulia.[9]
1.3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
1. Tujuan Pendidikan. Secara umum, pendidikan Islam
bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman
peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (GBPP PAI, 1994). Tujuan pendidikan Islam
harus berorientasi pada hakekat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya,
misalnya tentang :
a. Memperhatikan sifat-sifat dasar
manusia yaitu konsep tentang manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai
potensi bawaan seperti fitrah, bakat minat, dan karakter yang berkecenderungan
pada Al-Hanif (rindu akan kebenaran dari Tuhan) berupa agama Islam sebatas
kapasitas dan ukuran yang ada. Allah SWT. berfirman yang artinya, “Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi
orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka
meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek”. (QS. Al Kahfi : 29).[11]
b. Dimensi-dimensi kehidupan ideal
Islam. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam mengandung nilai yang dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk mengelola dan
memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akherat.
2. Pendidik. Saat ini pendidik diposisikan
sebagai fasilitator/mediator yang bertugas menfasilitasi atau membantu siswa
selama proses penbelajaran berlangsung. Pendidik tidak lagi dianggap sebagai
satu-satunya sumber informasi, sebab informasi juga bisa diperoleh dari peserta
didik. Penciptaan suasana menyenangkan dan adanya kesadaran emosional yang
tidak dalam keadaan tertekan akan mengaktifkan potensi otak dan menimbulkan
daya berpikir yang intuitif dan holistik.
3. Peserta Didik. Siswa sebagai objek utama dalam
pendidikan memegang peranan yang sangat strategis. Artinya bahwa siswa dapat
dijadikan sebagai salah satu indikator terwujudnya sekolah berkualitas. Siswa
sebagai salah satu input di sekolah,
sangat mempengaruhi pembentukan sekolah yang berkualitas. Hal ini tentunya
dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya latar belakang peserta didik,
kemampuan peserta didik, prinsip hidup, dan sebagainya.
4. Model. Model-model pembelajarannya meliputi:
a. Model pemprosesan informasi guru
menjelaskan bagaimana siswa selaku individu memberi respon yang datang dari
lingkungannya.
b. Model pribadi diorientasikan kepada
perkembangan diri siswa selaku individu.
c. Model interaksi sosial menekankan
hubungan siswa dengan lingkungannya di sekolah, terutama di dalam kelas.
d.
Model
perilaku siswa diarahkan kepada suatu pola belajar yang lebih terfokus pada
hal-hal yang spesifik.
5.
Materi. Materi pendidikan Islam yang harus
dipahami oleh peserta didik adalah Al-Qur’an. Baik ketrampilan membaca,
menghafal, menganalisa, dan sekaligus mengamalkan ajaran-ajarannya dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar ajaran yang terkandung di dalam
Al-Qur’an tertanam dalam jiwa anak didik sejak dini.
6.
Alat. Merupakan alat-alat yang dapat
digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam, agar tujuan pendidikan Islam
tersebut lebih berhasil.
7.
Evaluasi. Evaluasi merupakan salah satu
komponen sistem pembelajaran pada khususnya, dan sistem pendidikan pada
umumnya. Artinya evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dielakkan
dalam setiap proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi, baik
evaluasi hasil belajar maupun evaluasi pembelajaran, merupakan bagian integral
yang tidak terpisahkan dari kegiatan pendidikan.[12]
Kesimpulan
Inti pokok pendidikan Islam adalah
usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin) dalam arti tuntunan yang
menuntut peserta didik untuk memiliki kemerdekaan berfikir, merasa, bertindak,
dan berbicara serta percaya pada diri sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab
dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupan sehari hari dengan berlandaskan
ukuran-ukuran tertentu yang telah ditentukan dalam agama Islam.
Tujuan pendidikan Islam
yaitu mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah Allah sehingga mewujudkan manusia yang berjiwa tauhid,
takwa kepada Allah SWT., rajin beribadah dan beramal saleh, ulil albab, dan
berakhlakul karimah.
Adapun ruang lingkup pendidikan Islam yaitu: tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, model, materi, alat, dan
evaluasi.
Saran
Semoga
makalah ini dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi pembaca, terutama yang
menekuni pendidikan Islam. Selebihnya, semoga makalah ini bermanfaat untuk banyak pihak, terutama
bagi penyusun.
Daftar Pustaka
Al Muyasar, 2007, Al Quran Dan Terjemahannya, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Ahmad D. Marimba, 1974, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Maarif.
H. Ramayulis, 2002, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :
Kalam Mulia.
I.L. Parasibu dan Simanjuntak, 1978, Pendidikan Nasional,
Bandung:
Tarsito.
Munardji, 2004, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bina Ilmu.
Muhammad Fadhil al-Jumaly, 1996, Tarbiyah al-Insan al Jaded, Tunisia: Ma’tabad al Ijtihad.
Omar Muhammad At Taurny Al Syaiban, 1979, Filsafat Pendidikan Islam, (Terjemah
Hasan Lunggulung), Jakarta, Bulan Bintang.
http://santoson111.blogspot.co.id/2015/09/makalah-pengertian-ruang-lingkup.html, diakses pada
Jumat 19/08/2016
pukul 19:30
WIB.
http://amrikhan.wordpress.com/2012/10/29/pengertian-dan-ruang-lingkup-ilmu-pendidikan-islam/diakses pada
Jumat 19/08/2016
pukul 19:30
WIB.
Oleh:
Syamsudin Kadir—Pegiat PENA dan Pendidikan Islam di Institut Islam Bunga Bangsa
Cirebon (IAI BBC), Direktur Eksekutif Penerbit Mitra Pemuda, Penulis buku
“Membangun Pendidikan dan Bangsa yang Beradab”.
[1] H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia,
2002, hal 33
[3]
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Bina ilmu, 2004, hal 7
[4] Muhammad Fadhil al-Jumaly, Tarbiyah al-Insan al Jaded, Tunisia, Ma’tabad al Ijtihad, 1996,
hal. 2
[5] I.L.
Parasibu dan Simanjuntak, Pendidikan Nasional, Bandung, Tarsito, 1978,
Hal 16
[6] Omar Muhammad At Taurny Al Syaiban, Filsafat Pendidikan Islam, (Terjemah
Hasan Lunggulung), Jakarta, Bulan Bintang, 1979, Hal. 339
[7] http://santoson111.blogspot.co.id/2015/09/makalah-pengertian-ruang-lingkup.html, diakses pada Jumat 19/08/2016 pukul 19:30 WIB.
[9]Allah berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri”. (QS. Luqman :18)
[10]http://amrikhan.wordpress.com/2012/10/29/pengertian-dan-ruang-lingkup-ilmu-pendidikan-islam/diakses pada Jumat 19/08/2016 pukul 19:30 WIB.
[12]http://santoson111.blogspot.co.id/2015/09/makalah-pengertian-ruang-lingkup.html, diakses pada Jumat 19/08/2016 pukul 19:30 WIB.
Komentar
Posting Komentar