10 TAHUN MENULIS 27 BUKU
MENULIS adalah aktivitas yang gampang tapi susah. Ia terlihat gampang dilakukan, namun bila dilakukan malah lumayan susahnya. Bila dilihat sepintas, siapapun bisa menulis. Tapi bila dipraktikan hanya sedikit yang menghasilkan karya tulis.
Menulis memang bukan sekadar aktivitas yang membutuhkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas tapi juga butuh keseriusan dan keterampilan dalam melakoninya. Untuk ilmu pengetahuan dan wawasan, biasanya dimiliki oleh para pakar atau ilmuan. Kita sudah maklum mengenai hal itu.
Sementara keseriusan dan ketermpilan bisa dimiliki oleh siapapun yang sungguhan dalam belajar. Tanda keseriusan bisa dilihat dari rutinitas kepenulisan sehari-hari. Selalu berusaha untuk memiliki punya tulisan yang dipublikasi. Dan itu bukan sekali. Tapi berkali-kali. Sementara keterampilan menulis bakal semakin baik teriring rutinitas kepenuliasan. Semakin sering menulis maka keterampilan menulis semakin terasah.
Saya tentu bukan orang yang berilmu pengetahuan dan memiliki wawasan yang luas. Saya sadar dan tahu diri. Jauh sekali dari maqom semacam itu. Saya juga bukan orang yang benar-benar serius dalam dunia kepenulisan. Saya kadang dalam hari tertentu pernah juga tidak menulis. Saya juga belum memiliki keterampilan yang maksimal dalam dunia kepenulisan.
Sampai detik ini saya masih belajar. Bahkan saya, dalam dunia kepenulisan baru mulai belajar. Apalah lagi saya menempatkan aktivitas menulis bukan sebagai aktivitas profesi, maka saya pun benar-benar bukan contoh yang tepat dalam dunia kepenulisan. Saya pada dasarnya dengan menulis dan publikasi tulisan sedang belajar menulis.
Saya sendiri merasakan betapa menulis itu benar-benar aktivitas yang penuh pengorbanan dan perjuangan yang tak sedikit. Untuk menulis sebuah tulisan saya mesti melawan rasa ngantuk dan lelah. Sering kali saya menghasilkan tulisan dalam kondisi tidak makan dan tidak minum. Sebab menulis butuh fokus dan kosentrasi.
Selain itu, menulis juga butuh niat yang lurus dan tekad yang kuat. Tapi niat dan tekad saja tidak cukup. Ia butuh hal lain yang lebih praktis dan menghasilkan karya yang lebih ril. Menulis butuh tindakan nyata. Atau mesti berani mulai menulis. Menulis butuh tindakan atau praktik. Dan itu butuh keberanian.
Menulis juga butuh ketelatenan dan berani publikasi. Dengan ketelaten maka kualitas tulisan bakal semakin meningkat, jumlah dan jenis tulisan pun bisa juga berkembang. Kalau sudah telaten maka tak ada tulisan yang tak selesai. Semua bakal selesai. Hal lain tentu saja publikasi. Dengan publikasi maka tulisan kita bisa dibaca oleh banyak orang. Bahkan mendapatkan koreksi dan kritikan dari mereka yang lebih paham atau mengerti tentang apa yang kita tulis.
Pada tulisan ini sengaja saya lampirkan sebagian foto buku dari 27 buku yang pernah saya tulis selama 10 tahun terakhir, sejak 2010 hingga 2020. Sebagian foto bukunya tidak bisa saya share karena bukunya sudah tidak ada di saya. Stok juga sudah habis. File naskah buku juga sudah tidak ada. Walau masih dalam tahap belajar, saya semakin percaya dan optimis bahwa kelak saya bisa menghadirkan karya yang monumental.
Untuk saat ini memang buku saya masih seadanya saja. Belum ada yang best seller dan terkenal di seluruh Indonesia. Nama saya pun tak dikenal oleh banyak orang. Rerata buku saya merupakan antologi tulisan lepas yang pernah dimuat di berbagai surat kabar, majalah dan media online, termasuk dari tulisan kepesertaan saya dalam berbagai audisi kepenulisan.
Karena itu pula, pada tulisan sederhana ini saya mohon doa dan bimbingan dari para pembaca, termasuk koreksi dan saran pembaca; sehingga kelak buku karya saya semakin berkualitas dan bermanfaat bagi banyak orang. Sungguh, motivator dan inspirator saya dalam menulis adalah pembaca. Tanpa pembaca, saya bukan siapa-siapa dan tak bakal menulis apa-apa.
Sebagai orang kampung dan anak orangtua yang juga asli kampung, saya mesti membangun kepercayaan diri dan semangat yang melampaui orang lain. Apalah lagi kampung saya Cereng yang berada di Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai-NTT hingga kini belum tersentuh listrik PLN, air PDAM dan jalan raya beraspal, saya mesti berpikir dan bekerja keras agar saya punya karya tulis yang layak dibaca orang.
Usia saya pada 8 Agustus 2020 nanti genap 37 tahun. Sembari bersyukur kepada Allah atas semua capaian selama ini, saya mesti percaya dan optimis bahwa kelak saya bisa berkarya lebih dari yang saya hasilkan sekarang. Tentu saya mesti berpikir dan bekerja lebih keras dari sekarang.
Bagi saya, respon dan antusias pembaca atas beberapa buku saya selama ini adalah energi penyemangat. Memang pada akhirnya pembaca adalah kunci penting dalam menekuni dunia kepenulisan. Karena itu jugalah saya layak menyampaikan terima kasih banyak kepada para pembaca di seluruh Indonesia. Sungguh, sekali lagi, tanpa pembaca yang membaca buku saya, saya bukan siapa-siapa dan tidak bakal bisa apa-apa. Termasuk tidak bisa menulis apa-apa! (*)
* Judul tulisan
10 TAHUN MENULIS 27 BUKU
Oleh: Syamsudin Kadir
Pendiri Komunitas "Cereng Menulis"
Komentar
Posting Komentar