PANCASILA DAN TERORIS WARISAN PENJAJAH 

GEGARA saya menyatakan Pancasila itu islami banget, Pancasila tak merintangi Islam dan share foto romantis dengan istri, saya langsung dibilang kaum radikalis, ekstrimis, fundamentalis dan teroris oleh segelintir kelompok. Bayangkan saja, seunyu dan setoleran begini saya dibilang teroris. Kamu teroris! 

Setelah saya cek media sosial mereka, sepertinya mereka ini terpapar ideologi penjajah Belanda. Terlihat sekali dari status facebook dan obrolan sekelompok mereka. Ingin menjajah dan terus membangun propaganda anti Islam dan umat Islam. Mungkin mereka juga yang selama ini kampanye agar menjadi pengikut penjajah Belanda. Ya, panggilan seperti itu terutama "Kamu Teroris" itu sudah menjadi kebiasaan mereka selama ini. Bukan sekali tapi berkali-kali. 

Sudah berapa kali akun-akun mereka menyerang saya. Pokoe inginnya jos deh. Bukan saja saya sebagai pribadi tapi juga sebagai umat Islam. Kata-katanya juga sangat tak bermutu. Ada yang mengaku memimpin organisasi sosial, aktif di berbagai kegiatan dan masih banyak lagi. 

Saya percaya mereka bukan pemimpin atau pemeluk agama non Islam yang waras dan punya niat baik. Mereka ini kelompok dungu yang anti Islam dan umatnya. Sebab saya banyak kenalan non Islam. Ribuan jumlahnya. Biasa saja tuh. Bahkan biasa main futsal bareng dan main catur bareng juga. Biasa dan tak ada masalah. Engga ada yang kegatalan membaca tulisan saya. Aman-aman saja. 

Mengenai hal ini saya jadi teringat catatan sejarah bangsa ini dalam banyak buku sejarah dan penelitian ilmiah. Para ulama dan santri, Sultan Hasanudin, Pangeran Diponegoro, Bung Tomo dan para pejuang dan pahlawan lainnya oleh penjajah Belanda ketika itu disebut dengan kaum radikalis, ekstrimis, fundamentalis dan teroris. Padahal yang teroris adalah mereka sendiri. 

Saya engga habis pikir, mengapa mereka begitu kepanasan dan tersinggung dengan pendapat saya yang menyatakan Islam tak merintangi Pancasila dan sebaliknya Pancasila tak merintangi Islam? Apa yang salah dari pernyataan saya? Bila ada, poinnya apa saja dan pada tulisan apa ya? Apa perlu saya menyebut semua agama dan keyakinan? 

Ya bagaimana saya bisa menyebut agama mereka, saya sendiri engga paham dan memang engga mau paham. Engga ada urusan juga dengan agama orang. Bukan takut, cuma memang engga mau dan tak perlu. Engga ada untungnya juga saya menyebut agama orang lain di tulisan saya. Itu sih masing-masing saja. Silahkan agamanya mau dipeluk atau diapain juga, terserah saja. 

Akhir-akhir ini memang banyak yang stres dan pusing ratusan keliling. Di mana-mana pidato "mari toleransi" tapi tidak nyaman melihat orang lain bahagia dengan agamanya. Sering pamer "aku pancasila", tapi lihat orang bermesra saja engga bisa. Emang kurang piknik kali ya. Atau jangan-jangan di rumah mereka, istri atau suami mereka sudah engga akuran lagi. Atau mungkin butuh digendong sama suami atau sama istrinya kali ya? 

Setiap kali saya menulis, mata-mata mereka langsung ngintip. Saya bikin status facebook saja mereka panas-dingin. Bayangkan, sekadar status facebook biasa. Mungkin ada yang muntah-berak juga. Mana tahu. Saya semakin percaya bahwa beberapa tahun ini mereka sedang menyusun agenda bawa tanah untuk menjajah lagi. Melanjutkan penjajahan yang dilakukan oleh leluhur mereka dulu. Ya Belanda dan sekutunya itu. 

Anehnya lagi, biasanya mereka memberi komentar di status facebook saya dengan komentar yang ugal-ugalan. Datang tetiba marah dan ngamuk-ngamuk. Diundang juga engga tuh. Ngaku Pancasilais dan penggembala agama ini itu. Padahal teman saya di media sosial ini banyak tokoh agama. Asalnya lintas agama pula. Ada Kiai, Ustaz, Pastor dan Pendeta. Mereka biasa saja tuh. 

Anehnya lagi, setelah komentar ini itu biasanya langsung memblokir pertemanan dengan akun facebook bahkan nomor WhatsApp saya yang bisa dikontak 24 jam. Tentu selama ada qouta. Pokoknya menghilang begitu saja. Padahal saya sih biasa saja. Engga ada masalah apa-apa. Dihina pun saya biasa saja. Tapi kok mereka benar-benar kepanasan, tersinggung dan ketakutan begitu ya? 

Saya khawatir mereka yang ngamuk-ngamuk itu lagi stres dan benar-benar pusing ratusan keliling. Mungkin di rumahnya juga kurang bahagia. Kehabisan jatah bahagia. Lihat suami malah bikin cemberut. Lihat istri malah tambah masem. Lihat keluarga pada berantakan semua. Dan masih banyak lagi. Pokoe runyam deh. 

Saya kasih tips nih, biar di rumah selalu bahagia dengan pasangan ente. Suami atau istri ente. Orangtua ente juga. Biar tak usah cemburu sama nikmatnya umat Islam seperti saya dalam beragama dan berumah tangga. Bilang dong ke suami atau istrinya: "Kamu telolet, eh kamu teroris! Karena telah meneror hatiku!". Percaya deh ente bakal tambah dungu alias bebal. Ya ente teroris bebal warisan penjajah yang sesungguhnya! (*)


* Judul tulisan 
PANCASILA DAN TERORIS WARISAN PENJAJAH 

Oleh: Syamsudin Kadir 
Pendiri Komunitas "Cereng Menulis"



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok