BELAJAR KEPADA SOSOK AYAH HEBAT

AYAH adalah sosok hebat yang selamanya saya punya. Beliau sendiri lahir di Cereng pada tahun 1950. Cereng merupakan salah satu kampung atau dusun yang berada di Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat atau Mabar, NTT.

Ayah yang bernama lengkap Abdul Tahami ini tergolong generasi terdidik pada zamannya. Seingat saya, Ayah saya menyelesaikan SMP pada tahun 1964, kemudian melanjutkan ke SMA dan lulus pada tahun 1967. 

Setelah itu, Ayah mendapat amanah untuk mengajar di sebuah sekolah dasar (SD), namanya SDK Naga. SD ini terletak kampung Naga, Desa Matawae. Beberapa tahun kemudian, tepatnya setelah menikah, Ayah kembali ke kampung Cereng. 

Di kampung Cereng, Ayah pernah diamanahi sebagai Kepala Dusun. Kemudian diamanahi sebagai Ketua Lembaga Masyarakat Desa (LMD) dan Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) di Desa Golo Manting.

Berikutnya, Ayah mendapat amanah sebagai Kepala Desa 2 periode di Desa baru. Tepatnya periode persiapan hingga periode defenitif awal Desa Golo Sengang, Sano Nggoang, Manggarai Barat-Mabar. 

Kehebatan Ayah terletak dalam banyak hal. Kalau saya rinci beberapa hal penting yang layak disematkan kepada beliau, seingat saya, adalah sebagai berikut: 

Pertama, Ayah adalah pemimpin yang bijak juga tegas. Hal ini bisa dipahami dari sikap, tingkah laku dan aktivitasnya setiap hari. Bukan saja di lingkungan keluarga kecil saya tapi juga di masyarakat sekitar. 

Kedua, Ayah adalah pendidik yang telaten, cerdas dan berwawasan luas. Sebagaimana yang saya singgung di awal, Ayah pernah mengajar di SDK Naga, Desa Matawae, beberapa tahun. Kini murid-muridnya sudah tua dan berkarir di banyak tempat. Para muridnya kerap bercerita tentang beliau. Bukan saja pola dan metode mengajarnya tapi juga kecerdasan dan pengetahuannya. 

Ketiga, Ayah adalah motivator dan inspirator terbaik bagi keluarga, terutama bagi saya sendiri dan kakak-adiksaya  selama ini. Semua bimbingan dan nasehatnya adalah energi yang menggerakkan sekaligus mengarahkan kepada jalan kebaikan bagi kami anak-anaknya. Bahkan bisa dikatakan beliau tak mengenal kata lelah.

Keempat, Ayah adalah sosok pekerja keras. Setiap detik yang beliau lalui adalah detik-detik menyelesaikan berbagai aktivitas. Baik aktivitas sebagai kepala keluarga maupun sebagai bagian dari masyarakat luas. Sehingga beliau bukan saja bekerja di sawah, ladang dan kebun, tapi juga dalam berbagai kegiatan sosial keagamaan dan kemasyarakatan, serta pemerintahan. 

Kelima, Ayah adalah sosok penyemangat. Semangatnya untuk mendidik saya dan kakak-adik saya hingga bisa melanjutkan pendidikan ke berbagai jenjang adalah dampak dari betapa semangatnya beliau dalam mendidik dan mengarahkan anak-anaknya. 

Upayanya untuk menyekolahkan saya dan kakak-adik saya juga adalah satu wujud nyata betapa beliau memang punya mimpi sekaligus harapan besar. Bahwa anak-anaknya kelak mesti lebih baik dan lebih hebat dari dirinya. Semua jasa besarnya itu selamanya tak terbalas dengan sesuatu atau dengan apapun.  

Keenam, Ayah adalah sosok bijak dan teladan yang selalu berbagi energi semangat dalam banyak hal terutama dalam belajar atau menempuh pendidikan. Saya masih ingat dulu di saat saya masih duduk di bangku SD (1990-1996), beliau selalu mengajari dan membimbing saya agar selalu membaca beragam judul buku. Bukan saja buku pelajaran tapi juga buku-buku lainnya.

Seingat saya, Ayah menyukai semua tema pembelajaran dan keilmuan. Ragam ilmu pengetahuan apa saja beliau sukai semuanya. Rumpun pengetahuan alam, sosial, sejarah, bahasa, seni dan sebagainya. Termasuk tema kepemimpinan, kisah sukses dan masih banyak lagi. 

Ketujuh, Ayah adalah sosok pemerhati sekaligus analis. Hal ini bisa dipahami dari kesungguhannya dalam mendengar siaran RRI kala saya masih kecil terutama di saat saya masih SD. Beliau sangat aktif mendengar berita-berita, beragam tema dan asalnya. Dari Sabang hingga Merauke. Bahkan berita internasional dalam beragam tema pula. Semuanya melalui siaran RRI. 

Masih banyak sebetulnya penjelasan tentang sosok Ayah yang punya anak 9 orang ini. Masih banyak kata yang layak saya tenun menjadi kain apresiasi yang pantas saya berikan. Saya berupaya agar kiranya suatu saat bisa menghadirkan semuanya dalam bentuk buku khusus, semacam catatan seorang anak. Atau mungkin juga serpihan cinta untuk Ayah. 

Terima kasih Ayah tercinta. Saya percaya dan optimis Ayah bakal sembuh dan kembali ke kondisi semula. Stroke yang menimpa Ayah belasan tahun atau 13 tahun ini hanyalah ujian dari Allah agar kelak Ayah menjadi hamba yang bersih dari dosa dan khilaf. 

Obat yang kini Ayah minum adalah ikhtiar sederhana dari sisi kemanusiaan. Ya kita sebagai manusia, hamba Allah. Namun sesungguhnya yang menyembuhkan adalah Allah. Karena itu, teruslah berdoa atau memohon kepada-Nya, di samping melaksanakan shalat 5 waktu walau dalam kondisi berbaring. 

Ayah, percayalah, tak ada penyakit yang tak ada obatnya. Semua pasti ada obatnya, ada jalan penyembuhannya. Kuncinya adalah ikhtiar maksimal. Insyaa Allah saya dan semua anak Ayah serta keluarga besar selalu mendoakan dan menginginkan kesembuhan Ayah, sehingga kembali beraktivitas normal seperti sedia kala. 

Ayah sendiri, alangkah baiknya banyak berdoa dan terus berdoa agar Allah memberi kesembuhan dan jalan terbaik. Sebab Allah Maha Mendengar kepada hamba-Nya yang memohon dengan kesungguhan dan keikhlasan. Saya percaya Ayah bisa melakukan itu. Walau Ayah kini masih dalam kondisi berbaring. 

Mohon doa dari para pembaca agar Ayah saya kembali sembuh, sehingga mampu melaksanakan berbagai macam ibadah, termasuk ibadah khas ramadan seperti saat ini. Bukan saja shalat 5 waktunya tapi juga shalat rawatib (shalat sebelum dan sesudah shalat 5 waktu), shalat tarawih, tadarus al-Quran dan berbagai macam ibadah anjuran lainnya, terutama zikir dan istighfar kepada-Nya.

Ya, Ayah saya adalah lelaki yang luar biasa. Pada tubuhnya yang kini renta dalam kondisi berbaring menyimpan banyak pesan terutama sebagai saksi paling jujur betapa beliau adalah sosok yang berjasa bagi saya dan keluarga saya, serta berdedikasi tinggi bagi masyarakat yang pernah beliau pimpin. 

Ayah, melalui tulisan saya memohon kepada Allah agar berkenan memberi nikmat kesembuhan untuk Ayah. Semoga Allah menyembuhkan Ayah, sehingga bisa pulih normal atau sehat seperti sedia kala. Sehingga Ayah bisa keliling lagi, mengunjungi anak-anak juga cucu-cucunya yang berada di beberapa kampung dan kota di seluruh Indonesia. (*)


* Judul tulisan 
BELAJAR KEPADA SOSOK AYAH HEBAT
“Serpihan Cinta untuk Ayah”

Oleh: Syamsudin Kadir 
Pendiri Komunitas "Cereng Menulis"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok