KH. Syuhada Bahri, Sosok Mujahid yang Syahid


SAYA sangat bersyukur kepada Allah karena pada Sabtu 19 Februari 2022 bisa menghadiri acara "Malam Takziyah" untuk KH. Syuhada Bahri (akrab disapa Ustadz Syuhada Bahri) yang meninggal pada Jumat 18 Februari 2022 pukul 04.00 WIB di Jakarta. Acara yang diselenggarakan oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pusat melalui Zoom Meeting yang dihadiri sekitar 500-an lebih peserta ini bertujuan untuk memberi kesempatan kepada para tokoh untuk menyampaikan kesan, kenangan dan hikmah perjuangan sekaligus kiprah dakwah Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Periode 2007-2015 tersebut. 

Acara ini dihadiri oleh para tokoh lintas latar belakang, termasuk para tokoh sekaligus dai DDII dari berbagai wilayah dan daerah di seluruh Indonesia, serta keluarga beliau. Diantaranya Dr. Adian Husaini, MA. (Ketua Umum DDII), Dr. H. Mohamad Hidayat Nurwahid, MA. (Wakil Ketua MPR RI), H. Abdullah Hehamahua (Mantan Komisioner KPK), Dr. Adyaksa Daud (Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Menpora), KH. Jeje Zaenudin (Sekum PP. Persatuan Islam), H. Avid Solihin (Sekjen DDII), H. Abdul Wahid Alwi (Wakil Ketua Umum DDII), H. A. Karim (Mantan Ketua PP. Mathlaul Anwar dan Majelis Oemat Islam atau MOI), H. Usamah Hisyam (Parmusi), Ustadz Ridwan M. Elyas (Ketua Majelis Syuro DDII Maluku Utara), H. Mohamad Daud Gunawan (Tokoh DDII Jawa Barat), Hj. Aisyah Natsir (salah satu putri Pak Mohammad Natsir), Ustadz Hasri Harun (Wakil Ketua Perhimpunan Wadah Malaysia), Ustadz Mohamad Anwar da Costa (Dai Muslim asal Dili Timor Timur) dan sebagainya.   

Pada kesempatan pertama atas nama keluarga besar DDII Doktor Adian menyampaikan kesan dan kenangan dengan Ustadz Syuhada Bahri. Pertama, beliau selalu mengingatkan untuk menjaga niat dalam berdakwah, yaitu ikhlas karena Allah. Karena dengan begitu pertolongan Allah akan datang. Kedua, beliau juga mengingatkan agar kita harus tahu sekarang ini jam berapa. Artinya, dakwah mesti memahami kondisi zaman dan kondisi umat Islam. Para dai mesti berada atau berbenteng di hati umat. Ketiga, beliau mengingatkan agar berdakwah dengan hikmah (dakwah bil-hikmah), sehingga berdakwah dan berjuang di jalan dakwah benar-benar terjaga dan memperhatikan aspek kemaslahatan.  

“Kalau kita bersama Ustadz Syuhada itu, yang kita kenang adalah sosok dai yang berdakwah dan berjuang penuh keikhlasan. Keikhlasan dan persaudaraan beliau sangat terasa, baik itu di level pimpinan hingga para dai di berbagai pelosok", ungkapnya. Pesan lain dari beliau yang selalu diingat dan menjadi spirit dakwah selama ini, lanjut Doktor Adian, adalah kerja ikhlas, kerja cerdas, dan kerja tuntas. Sebuah spirit yang mesti dijaga dengan baik oleh para da'i. Sehingga ketika menjalankan peran-peran dakwah selalu ditunaikan dengan ikhlas, cerdas dan tuntas. 

Ustadz H. Abdul Wahid Alwi (Wakil Ketua Umum DDII) mengenang Ustadz Syuhada Bahri termasuk murid Pak Mohammad Natsir yang sangat militan, sungguhan dan ikhlas dalam berdakwah. Hal ini ditandai dengan derap langkahnya ketika berdakwah ke berbagai pelosok negeri ini, termasuk di Timor Timur yang kini berlepas diri dari Indonesia. Beliau juga sosok yang mengayomi para dai yang membersamainya. Sehingga para da'i termasuk generasi muda pun menyaksikan beliau adalah da'i yang punya tekad yang kuat untuk berdakwah dan menjadi bapak bagi para da'i lainnya. Beliau, seperti juga pendahulunya Pak Mohammad Natsir, sangat mencintai Indonesia dan sangat ingin negeri ini semakin maju. Sehingga beliau sering menyampaikan pesan dengan ucapannya yang mashur, "Selamatkan Indonesia dengan dakwah". 

Pada kesempatan berikutnya, Dr. Mohamad Hidayat Nurwahid menyampaikan bahwa Ustadz Syuhada Bahri adalah dai teladan, baik ketika menempuh pendidikan di luar negeri maupun ketika kembali ke Indonesia. Nama "Syuhada Bahri" yang disematkan pada beliau bukan saja doa tapi sudah menjadi kenyataan dalam hidupanya. Lakon dakwahnya menjadi saksi bagi umat Islam dalam berjuang untuk memajukan dakwah Islam di Indonesia. "Saya sangat beruntung pernah bertemu dan berinteraksi dengan Ustadz Syuhada Bahri, sebab beliau sosok dai teladan yang memiliki pengetahuan yang luas serta berjasa besar dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia", ungkapnya.    

Ustadz Ridwan M. Elyas (Ketua Majelis Syuro DDII Maluku Utara) mengenang bahwa Ustadz Syuhada Bahri bergaul dengan para dai, termasuk para dai yang masih berusia muda atau yang baru bergabung sebagai dai yang berdakwah ke berbagai pelosok, termasuk di kawasan timur Indonesia. Hal lain, kesan masing-masing para dai pada beliau sama, yaitu mereka merasa paling dicintai oleh Ustadz Syuhada. Dari aspek kepemimpinan, beliau benar-benar meneladani kepemimpinan Pak Mohammad Natsir. 

H. Mohamad Daud Gunawan (Tokoh DDII Jawa Barat) mengenang Ustadz Syuhada sebagai sosok yang disiplin dalam segala hal dan berakhlak mulia. Beliau juga sosok yang menjaga ukhuwah islamiyah di tengah keragaman umat. Beliau juga mengingatkan agar mengambil peran dalam politik, minimal saling menasehati antar sesama, sehingga peran politik politisi muslim semakin bermanfaat bagi umat dan bangsa. 

H. Abdullah Hehamahua mengenang Ustadz Syuhada Bahri sebagai sosok adik di jalan dakwah. Walau begitu, peran beliau dalam berdakwah jauh lebih besar. Beliau juga adalah sahabat yang aktif memberi nasihat dan membantu dalam banyak hal. Bahkan menurut Pak Abdullah, beliau adalah sosok guru yang membimbing tanpa kenal lelah. "Beliau sosok dai pembelajar. Itulah sedikit kesan dan kenangan saya sebagai seorang abang, sahabat dan murid Ustadz Syuhada Bahri", ungkapnya.  

H. M. Fuad Nasar (Sesditjen Bimas Islam) mengenang Ustadz Syuhada Bahri sebagai dai yang menjaga dan mencontoh jejak pemikiran dan perjuangan Pak Natsir. "Ketulusan dan kegigihannya dalam berdakwah layak dicontoh dan dilanjutkan. Semoga Dewan Dakwah mampu melahirkan para dai yang mencintai Islam dan Indonesia. Semoga istiqomah dalam melanjutkan peran dakwah dan pemikiran juga perjuangan beliau", ungkapnya. 

Bagi Dr. Adyaksa Daud (Mantan Menpora), Ustadz Syuhada Bahri adalah sosok yang ikhlas berdakwah dan tak mengejar dunia. Doktor Adyaksa yang akrab disapanya Yuyu, mengenang nasehat beliau, "Yuyu, mau jadi apapun, mau jadi menteri apa pun, itu hanya sarana. Manfaatkan dengan baik untuk kemajuan Islam dan Indonesia." Walau berdakwah dalam kondisi solid di berbagai pelosok, beliau tidak pernah meminta bantuan materi apapun. “Bang Syuhada Bahri itu sosok yang ikhlas. Beliau tidak pernah meminta apapun kepada saya dikala menjadi menteri", ungkapnya.   

Hj. Aisyah Natsir (salah satu putri Pak Mohammad Natsir) mengenang Ustadz Syuhada Bahri sebagai sosok yang sangat akrab dan baik pada siapapun. Menurutnya, hubungan beliau dengan keluarga besar Pak Natsir sangat baik bahkan sangat dekat sejak dulu hingga saat ini. Sehingga urusan apapun, baik urusan dakwah dan urusan lainnya selalu berkomunikasi. "Beliau sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri. Kami merasa kehilangan dengan sosok beliau. Peran beliau dalam dakwah sangat gigih", ungkapnya. Bu Aisyah juga mengenang nasehat Pak Natsir untuk para dai untuk menjaga kesehatan.  "Untuk dakwah kalian ikut saya, tapi untuk makan jangan ikut saya!", ucapnya mengulangi nasehat Ayahnya. 

Menurut Ustadz Hasri Harun (Wakil Ketua Perhimpunan Wadah Malaysia), Ustadz Syuhada adalah dai yang militan dan mewarisi perjuangan Pak Natsir. Sehingga pemikiran beliau menjadi sumber inspirasi dakwah berbagai organisasi dakwah di Malaysia. "Kami menggunakan buku yang berisi ide dan pemikiran dakwah Dewan Dakwah yang diwariskan oleh Pak Natsir dan dilanjutkan oleh almarhum Ustadz Syuhada Bahri. Kami mengkaji buku 'Fiqih Dakwah' Pak Natsir dalam rangka menyebarkan dakwah Islam di Malaysia", ungkapnya. 

Dalam pandangan KH. Jeje Zaenudin (Sekum PP. Persatuan Islam), Ustadz Syuhada Bahri adalah sosok dai yang alim, soleh dan bijak. Ide dan pemikirannya seputar dakwah sangat implementatif, bahkan beliau sendiri yang turut  melaksanakannya. Di samping itu juga menebarkan dan menginternalisasinya pada generasi muda. "Saya sendiri sejak muda menyaksikan dan merasakan kesungguhan beliau dalam berdakwah. Semoga kita mampu melanjutkan lakon dakwah beliau, sehingga menjadi jariyah yang bermanfaat bagi beliau", ungkapnya. 

Secara umum semua tokoh yang hadir mengenang Ustadz Syuhada Bahri sebagai dai yang alim, soleh, bijak, militan, teladan, dan tak kenal lelah. Beliau bukan sekadar ayah, saudara, kakak, sahabat, dan guru, tapi juga seorang pemimpin dan mujahid dakwah yang punya jasa besar bagi kemajuan dakwah Islam di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Sungguh kita semua menyaksikan bahwa Ustadz Syuhada Bahri adalah sosok mujahid yang syahid, meninggal dalam kondisi menjalankan peran-peran dakwah untuk peradaban yang diridhoi oleh Allah. Semoga pemikiran dan lakon dakwahnya terwariskan dengan baik, sehingga "Selamatkan Indonesia dengan dakwah" yang kerap disampaikan benar-benar terwujud dan bisa dilanjutkan oleh generasi selanjutnya! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir Wakil Ketua Umum DPW PUI Jawa Barat


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok