Maping Potensi untuk Maksimalkan Kontribusi PUI


Ahad 20 Februari 2022, DPW Persatuan Ummat Islam (PUI) Jawa Barat mengadakan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) yang dilaksanakan di Bapermin, Majalengka-Jawa Barat. Pada sambutannya H. Iman Budiman, M.Ag. menyampaikan perlunya berpedoman pada pedoman organisasi, sehingga potensi, aset dan segala hal berjalan dengan baik. "Sosialisasi pedoman organisasi dan berbagai program strategis pada forum rakerwil semacam ini menjadi ikhtiar dalam menertibkan potensi dan kegiatan organisasi", ungkapnya. 

Pada sambutannya Ketua Umum DPP PUI KH. Nurhasan Zaidi menyampaikan apresiasi atas kegiatan yang dihadiri oleh Sekretaris Majelis Syuro Drs. H. Iding Bahrudin, M.Pd., unsur pimpinan dan pengurus wilayah juga pengurus daerah dari berbagai kota/kabupaten di seluruh Jawa Barat ini. Menurutnya, PUI sudah berusia tua, ini menandakan kerja dakwah dan perjuangan ke depan mesti lebih matang dan maksimal, serta butuh soliditas. "Pertemuan ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya menjaga soliditas dan kekokohan organisasi. Apalah lagi usia PUI kini sudah menggapai 104 tahun, bahkan lebih. Kita butuh konsolidasi dan menjaga soliditas", ungkapnya. 

Menurut legislator Dapil Sumedang, Majalengka dan Subang (SMS) ini, PUI sudah masuk usia 104 tahun dan masuk pada abad kedua. Ini menandakan bahwa secara usia PUI sudah tua. Dalam konteks ini, kita perlu membaca isyarat Allah dalam al-Quran surat Ali 'Imran ayat 140. "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)..." Bahkan dalam haditsnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengingatkan, "Sesungguhnya Allah akan menurunkan (orang) setiap permulaan 100 tahun seseorang kepada umat yang akan (tajdid) mengembalikan kegemilangan Agama mereka" (HR. Abu Daud, Hakim dan al-Baihaqi) 

Dalam budaya muslim, mujadid adalah orang yang memperbaiki kerusakan yang ada pada urusan atau praktik agama Islam yang dilakukan oleh umat muslim. Mujadid tidak membawa agama baru, tetapi hanyalah membawa metode-metode baru dan memperbaiki metode yang menyimpang berdasarkan al-Qur'an dan al-Hadits serta memperbaiki kerusakan-kerusakan yang sudah terjadi pada urusan agama Islam. Mujadid muncul pada tiap awal kurun waktu/abad tertentu dalam kalender Hijriah. 

Mujadid adalah orang yang berpengaruh besar dalam menegakkan agama Islam di zamannya. Mujadid memiliki tugas untuk memperbaiki, membangkitkan dan membersihkan Islam yang dinodai unsur yang merusaknya. Dalam pandangan Dr. Yusuf Qordhawi, mujadid pada zaman ini mujadid bermakna mujadid kolektif. Yaitu pada kekuatan kolektif berbagai potensi umat. Pertanyaannya, apakah PUI siap menjawab? PUI memiliki potensi dan aset yang cukup mumpuni. Kita mesti bangun optimisme bahwa ke depan kita mampu melakukan hal-hal besar. 

Prediksi ayat dan hadits tersebut harus kita jawab dengan berbagai perbaikan. Kuncinya adalah keimanan kita yang mesti terus diperbaharui. Maka iman pun mesti dilakukan perbaikan ke arah yang lebih berkualitas. Doktrin PUI, "Allahu ghoyatuna", Allah tujuan kami, adalah energi. Kalimat Intisab ini menjadi energi yang menggerakkan PUI untuk melakukan berbagai kegiatan dan kontribusi pada peradaban umat manusia. "PUI memiliki aset yang cukup besar. Sumber daya manusia di PUI juga beragam. Kita hanya butuh mengelola semuanya dalam perspektif yang lebih produktif", ungkapnya. 

Menurut penulis buku "Dakwah, Politik dan Kebangsaan" ini, dakwah dan pergerakan PUI ke depan butuh kemampuan maping, kemampuan memetakan potensi, sumber daya dan peluang pergerakan. Pemetaan aset organisasi merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan juga oleh PUI. Ini akan menjadi modal sekaligus energi PUI dalam membedah berbagai hal. Sehingga ke depan cara pandang dan aksi-aksi PUI semakin akurat sesuai dengan kebutuhan zaman. "Memetakan aset dan potensi organisasi PUI itu perlu. PUI mesti mampu melakukan maping organisasi, aset dan permasalahan", ungkapnya.

Pada forum ini, ia juga mengingatkan bahwa dalam politik, basis massa bisa berubah sesuai dengan dinamika yang terjadi. Sedangkan dalam dakwah dan pendidikan itu abadi, sebab ia terus berjalan kapan dan di mana pun. Dinamika di luar lingkungan itu mungkin saja mempengaruhi perjalanannya, namun tidak sepenuhnya terganggu. "Menjadi pemenang di pesta politik itu gampang, tapi engga gampang-gampang amat. Jadi kalau PUI ingin abadi maka kuncinya adalah kokohkan dakwah dan pendidikan", lanjutnya. 

Sebagai organisasi yang cukup tua (104 tahun lebih), PUI sejatinya sudah berpengalaman dalam mengelola organisasi, struktur, sumber daya, dan berbagai hal yang menjadi aspek penting dalam perjalanan sejarah dan perjuangan PUI. Namun itu tak cukup, sebab pada perkembangan dan dinamika zaman yang semakin tak terprediksi ini PUI perlu memiliki kemampuan untuk maping diri, baik pada skala internal maupun eksternalnya. Berbagai elemen di PUI perlu memastikan bahwa proses pemetaan dilakukan secara periodik, sehingga semuanya terdata dengan baik. 

Berbagai aset, keberadaan sekaligus perkembangan struktur di berbagai levelnya dan ekspansi dakwah di berbagai ranah termasuk di sektor pendidikan adalah kekuatan yang perlu mendapatkan perhatian dan dikelola dengan baik. Hal ini dilakukan bukan saja untuk terjaganya proses kaderisasi dan regenerasi tapi juga untuk memperkokoh organisasi dan kontribusi PUI itu sendiri. Dengan demikian, tidak ada lagi yang bekerja sendiri-sendiri atau hanya untuk kepentingan yang bersifat personal dan keluarga. Apalah lagi aset PUI, semuanya mesti dikelola dengan manajemen yang tertib dan bertanggungjawab dibawah kendali sistem dan pedoman organisasi PUI. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok