Perjuangan Mahasiswa dan Nasib Buruk Si Penyusup Dungu


GERAKAN mahasiswa dalam beragam organisasi dan fokus gerakan adalah elemen penting dalam sejarah perjalanan bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Perihal peranan mahasiswa pada perjalanan sejarah negeri ini sudah diulas oleh banyak ahli, peneliti dan penulis. Baik dalam bentuk hasil penelitian ilmiah maupun artikel dan buku yang bisa kita peroleh di banyak tempat dan media. Apa yang mereka torehkan adalah bukti sejarah yang bisa dibaca dan menjadi inspirasi generasi selanjutnya. 

Secara khusus, peranan gerakan mahasiswa selama beberapa waktu terakhir cukup membuat kita optimis bahwa ke depan Indonesia masih memiliki peta jalan dan kecerahan. Selama beberapa waktu terakhir mereka kerap melakukan aksi massa atau demonstrasi di berbagai kota atau pusat keramaian yang mudah diakses masyarakat. Lakon mereka menjadi energi tersendiri bagi masyarakat yang selama ini masih kerap dibohongi para elite dengan berbagai janji manis. 

Mereka menyampaikan berbagai tuntutan sebagai bukti bahwa mereka masih peduli pada masyarakat dan negeri ini. Sekadar menyebut sebagian isu tuntutan mereka kepada pemerintah dan para elite negeri ini lainnya, menolak: penambahan masa jabatan presiden, penundaan pemilu, kenaikan harga sembilan bahan pokok atau sembako, kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng, pemindahan ibukota, bisnis pandemi dan masih banyak lagi. 

Sebagai elemen muda yang sehari-hari akrab dengan ilmu pengetahuan, suara kritis mereka dibangun di atas ilmu pengetahuan, kajian dan diskusi yang serius serta tidak terjebak pada kepentingan para elite yang kerap kali merusak substansi isu tuntutan mereka. Mungkin ada saja oknum mahasiswa yang menjual diri demi rupiah dan nasi bungkus, namun hal tersebut tidak menghilangkan substansi perjuangan mahasiswa yang benar-benar tulus berjuang. 

Aksi Nasional yang dilaksanakan pada Senin 11 April 2022 kemarin dan beberapa hari sebelumnya di berbagai kota seperti Cirebon, Garut, Tasikmalaya, Bogor, Bekasi, Makasar, Samarinda, Riau, Palembang, Jambi dan berbagai kota lainnya mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat luas. Sebab mahasiswa telah menyampaikan tuntutan yang sesuai dengan suara nurani masyarakat selama ini. Mahasiswa pun mulai mendapatkan kepercayaan masyarakat. Mereka dipuji dan didukung masyarakat. 

Kemarin ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang tergabung dalam aliansi BEM Seluruh Indonesia atau BEM SI melakukan aksi di depan gedung DPR/MPR. Sejak awal suasana aksi berjalan lancar. Betul ada sedikit ketegangan namun itu tidak mampu menutupi pemberitaan dan fakta bahwa tuntutan mereka mendapat dukungan masyarakat luas. Sempat ada aksi saling dorong dan serupanya, itu hal yang biasa saja dalam berbagai aksi massa mahasiswa dan massa lainnya di berbagai momentum. 

Namun ada satu bagian yang menarik untuk ditelisik pada saat aksi mahasiswa kemarin yaitu seorang pegiat sosial berinisial AA yang saya sebut dengan Mando yang badannya bonyok alias lebam. Awalnya ia diwawancara oleh beberapa awak media perihal aksi dan isu mahasiswa pada beberapa aksi sekian waktu terakhir, dengan ceroboh dan pongah dia menyatakan mahasiswa pecah dan tidak mampu menjaga kemurnian gerakannya. Bayangkan, itu dia sampaikan di lokasi aksi mahasiswa, yang tentu saja didengar dan disaksikan oleh sebagian mahasiswa yang berada di situ. 

Tak lama kemudian, ia pun berbincang dengan beberapa orang yang konon masih sepaket dengan dirinya alias kelompoknya dengan nama tertentu. Tak lama kemudian, beberapa orang yang berada di dekatnya melakukan pemukulan padanya. Lalu menjadi bulan-bulanan beberapa orang yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Bayangkan, Mando bukan peserta aksi tapi berada di tempat aksi lalu menyampaikan statement yang "ngawur" dan "sembrono" seperti yang sudah kerap ia lakukan beberapa tahun belakangan ini. 

Siapapun bakal bertanya, "Mengapa dia hadir padahal tidak diundang dan bukan peserta aksi?", "Mengapa dia begitu lantang dan lancang menista mahasiswa dan aksi-aksi mereka di tempat dimana ribuan mahasiswa berkumpul?", dan "Mengapa dia tiba-tiba dibantu oleh orang yang jaraknya sangat dekat dengan dirinya, seakan-akan sudah tahu kalau ia bakal dipukul?" Entah apa yang terjadi sebenarnya, saya tak tahu. Satu hal yang tahu seperti yang diberitakan berbagai media: Mando ditelanjangi dan badan terutama mukanya bonyok alias lebam.  

Konon ia adalah akademisi di sebuah kampus ternama di negeri ini, aktif di berbagai forum dan aktif menulis atau berkomentar tentang berbagai isu yang menyudutkan masyarakat luas dan benar-benar melukai hati publik. Namun sosok ini seperti kebal hukum, ia selalu bebas tunggang langgang dengan segala kontroversinya. Berbagai diksi dan narasinya yang meresahkan tak kunjung mendapatkan delik dan hukuman di ranah hukum. "Benar-benar bagai anjing galak yang kerap mengigit namun si tuannya tak memberinya hukuman", ungkap seorang teman.  

Ya, siapapun tahu kalau selama ini Mando kerap melakukan teror verbal kepada banyak kalangan dengan berbagai diksi dan narasinya. Selain menghina ayat suci dan ajaran agama, dia juga secara mati-matian membela kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Trans Gender atau LGBT. Sosok yang kerap menjual pemikiran radikal alias "nyeleneh" ini pun kerap menghina kelompok yang berbeda dengan dirinya di berbagai media terutama media sosial. Dan kemarin nasib buruk pun benar-benar menimpanya, ya menimpa si penyusup dungu yang "merecokin" aksi mahasiswa dan aktif membela oligarki ini. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis buku "Membaca Politik Dari Titik Nol" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok