Ramadan Sebagai Bulan Pendidikan


RAMADAN merupakan salah satu bulan yang kedatangannya dinanti-nanti oleh kaum muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2022 yang bertepatan dengan 1443 H ini ramadan jatuh pada awal April. Walau ada perbedaan tanggal memulai ramadan, yaitu 2 dan 3 April, namun tidak mengurangi kegembiraan kaum muslim di seluruh dunia dengan datangnya ramadan. Hal ini ditandai dengan berbagai aktivitas atau kegiatan pada awal ramadan kali ini yang serentak dan serempak di seluruh dunia.    

Bila kita telisik substansi shaum ramadan dari aspek pendidikan, maka kita bisa menemukan sebuah fakta bahwa ia adalah proses pendidikan yang sangat penting. Ia adalah perintah Allah sekaligus bagian dari rukun Islam yang mengandung nilai-nilai penting bagi kehidupan seorang muslim. Selain hanya diperuntukan bagi mereka yang beriman seperti yang ditegaskan oleh Allah dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 183, "Hai orang-orang beriman", ia juga memiliki kandungan nilai pendidikan yang sangat tinggi. 

Bila kita menelisiknya dari aspek pendidikan maka shaum ramadan meneguhkan pendidikan sebagai berikut, Pertama, pendidikan iman dan takwa. Shaum adalah rukun Islam yang diwajibkan atas orang-orang beriman. Kesadaran bahwa ia merupakan perintah Allah dan dijalankan karena bertakwa kepada-Nya merupakan nilai pendidikan utama ramadan. Hanya dengan iman dan takwa sajalah kita mau dan mampu menjalankan shaum ramadan. Tanpa iman dan takwa maka bisa jadi kita enggan melaksanakan shaum bahkan bakal meremehkannya dengan tidak menghiraukannya. 

Kedua, pendidikan adab dan akhlak. Ramadan juga punya kandungan pendidikan adab dan akhlak. Dalam hal ini terutama adab pada Allah dan rukun iman lainnya. Shaum merupakan syariat Islam yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam kepada umatnya dan dijelaskan dalam al-Quran dan al-Hadits. Sebaik-baik akhlak adalah akhlak kepada Allah dan rukun iman lainnya. Mengingkari iman atau melakukan syirik adalah satu bentuk adab sekaligus akhlak buruk. Bahkan kemusyrikan merupakan kezoliman terbesar seperti yang diafirmasi dalam al-Quran surat Luqman [31] ayat 13, Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. 

Ketiga, pendidikan kejujuran dan kedisiplinan. Shaum melatih kita untuk hidup dan bersikap jujur, sebab yang benar-benar tahu kita ber-shaum adalah diri kita sendiri. Kita berbuka shaum atau tidak bisa diketahui oleh orang lain, namun saat kita makan atau minum secara diam-diam hanya kita sendiri yang tahu. Di sinilah dibutuhkannya kedisiplinan diri. Bukan saja disiplin diri, tapi juga disiplin waktu.  Karena kejujuran dan kedisiplinan kita pun hanya berbuka manakala telah tiba waktunya berbuka. Bila tidak jujur dan tidak disiplin maka shaum yang kita tunaikan bakal sia-sia. 

Keempat, pendidikan spiritualitas dan empati sosial. Pada ramadan biasanya kita terbiasa untuk menjaga berbagai ibadah kita, bukan saja shaum tapi juga ibadah lainnya. Semangat kita untuk menunaikan berbagai ajaran agama begitu kuat dan semangat. Kita berupaya agar shaum, tilawah al-Quran, shalat lima waktu dan sebagainya terlaksana dengan baik. Semua itu pada gilirannya berdampak pada meningkatnya kualitas spiritual kita. Bahkan kita pun semakin peduli dan empati pada sesama. Kita mudah bersedekah dan berbagi pada sesama, pada lingkungan sosial kita. 

Shaum ramadan pun menjadi elemen yang mampu membentuk sosok manusia yang berkualitas tinggi. Bukan saja dari aspek iman dan takwanya tapi juga pada aspek adab dan akhlak, kejujuran, kedisiplinan, dan empati sosial. Bila saja shaum dan ibadah ramadan lainnya yang kita laksanakan mencapai level kualitas yang tinggi maka itu bakal berdampak pada kualitas diri dan kehidupan kita pasca ramadan. Sebab diri kita sudah ditempa melalui proses yang baik dan dengan dengan nilai-nilai yang juga baik. 

Memang shaum benar-benar akan berdampak baik manakala kita melaksanakannya dengan kesadaran penuh yang didasari oleh keimanan dan harapan yang sungguh pada Allah. Bahwa kita melaksanakan shaum dan ibadah ramadan lainnya benar-benar sebagai wujud ketaatan dan kecintaan pada Allah dan ajaran-Nya. Sehingga sangat pantas bila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa ber-shaum di bulan ramadan karena keimanan dan mengharapkan pahala, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim). Semoga ibadah shaum dan ibadah lainnya yang kita lakukan selama ramadan kali ini diberkahi dan diterima oleh Allah sebagai amal terbaik di sisi-Nya! (*)


* Oleh: Eni Suhaeni, Guru SDIT Ibnu Abbas, Talun, Cirebon-Jawa Barat. Tulisan ini dimuat dan bisa dibaca pada halaman 4 Kolom Wacana Koran Radar Cirebon-Jawa Barat edisi hari Rabu 6 April 2022.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok