Shaum Ramadan dan Generasi Berkarakter
Ayat tersebut mengandung beberapa pesan penting, pertama, orang yang dipanggil atau diseru oleh Allah untuk melaksanakan ibadah shaum adalah orang-orang beriman. Hal ini menjadi spesial sebab tidak semua manusia mendapatkan seruan untuk sebuah ibadah yang unik ini. Menurut sebagian ulama, bila dalam al-Quran Allah menyeru dengan ungkapan "hai orang-orang beriman", maka hal tersebut menunjukan bahwa itu sebuah keistimewaan. Artinya, isi seruan tersebut sangat spesial bagi mereka yang mendapatkan seruan.
Kedua, shaum ramadan merupakan kewajiban syariat. Ia merupakan salah satu rukun Islam dari lima rukun Islam yang sudah mashur di kalangan kaum muslimin. Pelaksanannya hanya pada ramadan di setiap tahunnya. Bila pun karena alasan tertentu yang dibenarkan oleh syariat untuk berbuka maka ada keringanan untuk menggantinya pada bulan setelah ramadan. Misalnya, bagi yang sakit dan safar yang memungkinkan untuk berbuka, mereka mesti menggantinya pada bulan lain.
Ketiga, shaum berorientasi pada taqwa. Maknanya, shaum bukan sekadar menahan lapar dan haus di siang hari saat shaum, tapi mesti mampu meningkatkan kualitas ketaqwaan bagi mereka yang melaksanakannya. Tujuan shaum adalah menggapai derajat taqwa. Taqwa merupakan salah satu hal penting dalam perjalanan hidup seorang muslim. Taqwa bermakna kesungguhan untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
Bila ditelisik dari aspek pendidikan, maka shaum ramadan merupakan salah satu ibadah yang mampu membentuk karakter baik atau unggul. Membangun karakter idealnya dimulai sejak dini, karena pada usia tersebut pemahaman konsep dan penanaman nilai mudah diberikan pada anak melalui pembiasaan maupun keteladanan. Pada usia tersebut, anak juga belum begitu banyak terpengaruh polusi oleh lingkungan sekitar. Karena sesungguhnya dalam shaum ramadhan terkandung banyak sekali hikmah antara lain dapat menanamkan karakter positif pada anak religius, jujur, tanggung jawab, peduli, dan sebagainya.
Pertama, aspek religius. Ketika anak dilatih untuk shaum sejak dini secara otomatis akan semakin memperkuat rasa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, karena seperti yang sudah dijelaskan di bagian awal tulisan ini bahwa shaum merupakan salah satu rukun Islam, yang mana ibadah ini ketika dijalankan akan mendapat pahala bagi mereka yang menjalankannya bahkan bagi mereka yang terlibat di dalamnya. Seperti mereka yang memberi makan bagi yang shaum, dan masih banyak lagi.
Kedua, aspek jujur dan tanggung jawab. Dengan shaum anak dilatih untuk menahan haus dan lapar sejak dari waktu sahur sampai dengan berbuka shaum. Keutamaannya dapat melatih sikap jujur dan tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain. Karena bisa jadi ketika di luar anak bilang sedang shaum pada temannya, namun ketika sampai di rumah karena tidak ada pembiasaan sejak dini dan keteladanan dari orang tua anak tersebut lalu makan, karena merasa tidak ada yang melihat. Hal kecil seperti inilah apabila dibiarkan berlarut-larut akan memicu degradasi moral bangsa yaitu sikap tidak jujur dan tidak bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Ketiga, aspek peduli dan empati. Melalui shaum di bulan ramadan anak dilatih untuk memiliki sikap toleransi, dan meningkatkan rasa empati, serta simpati kepada sesama. Anak dilatih untuk toleransi terhadap orang lain yang sedang ber-shaum. Selain itu, dengan menahan haus dan lapar, anak dilatih untuk merasakan bagaimana rasanya hidup kekurangan tidak bisa dengan mudah makan dan minum seperti biasanya. Ternyata tidak semua orang seberuntung kita. Sehingga kita patut bersyukur, dan semakin peduli untuk berbagi pada sesama yang kurang mampu.
Tiga aspek tersebut merupakan bagian dari tanggung jawa kita sebagai orang tua. Anak perlu diperkenalkan hal-hal yang baik dan dididik dengan hal-hal yang baik pula sejak dini. Mereka mesti dibiasakan sejak dini untuk menjalankan ajaran agama. Motivasi, pembiasaan, pengulangan dan teladan merupakan empat hal penting dalam proses pembentukan karakter baik bagi anak. Apalah lagi pada bulan ramadan, orangtua mesti menjadikannya sebagai momentum untuk melakukan proses pendidikan yang kelak menjadi karakter bagi anak-anaknya.
Peran orang tentu sangat dibutuhkan dalam membentuk karakter anak. Orangtua tidak hanya memberi pengertian kepada anak tentang pengetahuan tertentu, tapi juga perlu memberikan contoh atau teladan yang baik bagi anak yang masih tidak terbiasa dengan shaum dan berbagai amal soleh atau kebaikan lainnya. Orang tua mesti melakukan proses pendidikan seperti membimbing dan mengarahkan anak dengan sabar, sungguhan dan bertanggungjawab. Mudah-mudah dengan demikian shaum pun benar-benar mampu membentuk generasi yaitu generasi yang berkarakter unggul. (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pendidikan Ramadan"
Komentar
Posting Komentar