Tiga Modal Penting dalam Mengisi Ramadan


RAMADAN adalah bulan yang sangat mulia dan penuh keberkahan. Kita tentu saja rindu dengan datangnya bulan yang istimewa ini. Kini ia sudah bersama kita, kita pun sudah mulai mengisinya dengan berbagai ibadah dan amal soleh lainnya. Dari shaum, shalat terawih, tadarus al-Quran, dan sebagainya. Cara paling sederhana untuk menghormati ramadan adalah dengan menyiapkan diri kita secara maksimal, sehingga kita mampu mengisinya dengan baik dan maksimal. 

Secara umum ada beberapa modal yang mesti kita miliki dalam menjalankan berbagai ibadah dan amal soleh lainnya selama ramadan, yaitu ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah. Tiga hal tersebut menjadi modal yang sangat penting, sebab ketiganya berhubungan langsung dengan ibadah shaum dan ibadah lainnya yang akan kita laksanakan pada ramadan kali ini.  

Pertama, Ruhiyah. Secara sederhana ruhiyah artinya spiritualitas. Ya, dalam hal ini kita perlu menjaga kualitas spiritual kita. Spiritualitas sangat terkait dengan keimanan kita kepada Allah dan kepada beberapa rukun iman lainnya. Maka kita perlu mengokohkan keimanan kita dengan berbagai amal soleh dan pengharapan yang maksimal akan pahala juga keberkahan dari Allah. 

Rasulullah shallallahu 'alahi wasalam bersabda, "Barangsiapa yang ber-shaum ramadan dengan keimanan dan penuh perhitungan (persiapan), Allah akan mengampuni dosanya yang telah lampau". (HR. Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud ber-shaum atas dasar iman adalah ber-shaum karena meyakini akan kewajiban ber-shaum. Sedangkan yang dimaksud "ihtisab" adalah mengharap pahala dari Allah. 

Al-Khottobi berkata, Yang dimaksud "ihtisab" adalah terkait niat yaitu ber-shaum dengan niat untuk mengharap balasan baik dari Allah. Jika seseorang berniat demikian, ia tidak akan merasa berat dan tidak akan merasa lama ketika menjalani shaum. Kita mesti menjalankan ibadah shaum dengan perhitungan yang maksimal, bukan sekadar menggugurkan ibadah wajib shaum ramadan. Misalnya, kita mesti memiliki target amal soleh yang jelas, sehingga tujuan shaum dapat kita gapai. 

Kedua, Fikriyah. Fikriyah artinya pemikiran. Maksudnya kita mesti mendalami ilmu pengetahuan tentang ibadah ramadan, baik tentang shaum ramadan maupun segala hal yang berkaitan dengannya. Misalnya, memahami shaum bukan sekadar menahan seperti arti kata, "shaum", yang berarti menahan. Tapi "shaum" mesti dipahami secara menyeluruh, dari makna kata dan terminologi atau istilahnya. Di samping pengetahuan lainnya yang masih berkaitan dengan shaum ramadan seperti hikmah, pesan dan substansinya.    

Kalau kita telisik secara mendalam maka kita akan menemukan fakta bahwa Allah memanggil kita dengan panggilan kasih sayang, hai orang-orang beriman, seperti yang terdapat pada QS. al-Baqarah: 183. Tapi tidak cukup di situ, kita juga perlu membaca dan memahami ayat 184 pada surat yang sama, ketika Allah berfirman, “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu". Artinya, shaum ramadan itu sangat istimewa dan spesial, bahkan waktunya dibatasi hanya sebulan. Kita tentu berharap agar pada waktu tersebut yaitu pada ramadan kali ini, kita bisa mengisinya dengan amalan-amalan terbaik. 

Ketiga, Jasadiyah. Jasadiyah artinya fisik. Maknanya, kita menjaga kesehatan fisik kita. Sebab shaum ramadan dan ibadah lainnya yang dilakukan di dalam ramadan adalah ibadah yang membutuhkan kekuatan fisik yang maksimal. Karena itu, sekali lagi, kita mesti menjaga fisik kita secara maksimal, agar tidak terpapar penyakit yang menghalangi kita untuk beribadah secara maksimal di bulan suci ini. 

Selain shaum, pada momentum ramadan kita juga bisa melakukan berbagai ibadah lainnya seperti shalat terawih, sedekah, dan tilawah al-Quran. Secara khusus, terkait membaca al-Quran, sesibuk apapun kita diharapkan selalu memiliki semangat target untuk membaca al-Quran. Bahkan bila memungkinkan, kita juga perlu menghafal, memahami dan mengamalkan isinya. Lebih jauh lagi, kita juga menyempatkan untuk mendakwahkan isinya.  

Menjaga kualitas ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah adalah modal mendasar dan penting kita dalam menjalani shaum dan ibadah lainnya selama ramadan. Dengan ketiganya diharapkan shaum yang kita laksanakan berdampak baik atau positif pada diri kita. Sehingga tujuan shaum seperti yang Allah ingatkan dalam QS. al-Baqarah ayat 183, "agar kamu bertaqwa", benar-benar tercapai. Bahkan shaum yang kita laksanakan mampu meningkatkan kualitas ibadah kita lainnya selain shaum ramadan, baik pada saat bersama ramadan maupun nanti setelah ramadan. 

Pada buku "Pendidikan Ramadan" (2021), saya sedikit menyinggung bahwa tujuan shaum adalah mencapai derajat taqwa, yaitu upaya sungguhan sekaligus kemampuan untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangan-Nya. Maknanya, shaum pada ramadan mestinya berdampak baik pada kualitas ibadah kita setelah ramadan nanti. Bukan saja pada aspek iman tapi juga pada aspek taqwa, yang mewujud dalam bentuk terlaksananya berbagai ibadah dan amal sosial lainnya dalam kehidupan kita.  

Di atas segalanya, kita sangat berharap agar kita bisa mengisi ramadan kali ini dengan berbagai bentuk ibadah khas ramadan untuk tujuan transformasi substantif yaitu peningkatan keimanan dan ketaqwaan kita. Keimanan, baik kepada Allah maupun kepada rukun iman lainnya. Ketaqwaan, baik yang berdimensi spiritual maupun yang berdimensi sosialnya. Semoga Allah membimbing dan memberkahi seluruh niat dan langkah kita sehingga ibadah dan amal soleh yang kita laksanakan pada ramadan kali ini bernilai baik di sisi Allah! (*) 


* Oleh: Syamsudin Kadir, Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat. Tulisan ini dimuat pada halaman 4 Kolom Wacana Koran Radar Cirebon-Jawa Barat edisi Senin 4 April 2022.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok