Azka Syakira dan Impian ke Nurul Hakim


SENIN 20 Mei 2024 pukul 23.00 WIB saya dan anak pertama saya Azka Syakira (Azka) berangkat menuju Mataram, NTB. Tidak seperti biasanya menggunakan pesawat, kali ini lebih tertarik untuk menggunakan jasa bus antar kota antar propinsi, Tiara Mas, jurusan Cirebon (Jawa Barat) - Mataram (NTB).Walau perjalanan agak terlambat sampai tujuan, namun secara umum perjalanan cukup menggembirakan. Tepat pada Rabu 23 Mei 2024 sekitar pukul 19.00 WITA bus yang ditumpangi sampai Mataram. 

Rabu 23 Mei 2024 inilah Azka pertama kali menginjakkan kaki di pulau seribu masjid. Walau baru menginjakan kaki di Lombok, Azka sejatinya sudah kerap membaca tulisan tentang Lombok dan sekitarnya. Selain destinasi wisata, ia juga suka membaca berita atau informasi seputar kuliner di Tanah Sasak. Bahkan Azka juga sudah tamat membaca buku "Merindui Nurul Hakim" karya saya dan para alumni lain Nurul Hakim lainnya. Keponakannya juga rerata lulusan Nurul Hakim. Sehingga bisa dikatakan Azka sudah mengenal Nurul Hakim lebih awal sebelum mendaftar ke Nurul Hakim. 

Azka juga sudah kerap berkunjung ke Nurul Hakim. Terhitung beberapa kali ia berkunjung sembari menikmati suasana Nurul Hakim. Misalnya, saat (1) saya mendaftarkan dia pada Sabtu 25 dan Ahad 26 Juni 2024, (2) menemani saya mengisi acara pelatihan kepenulisan di Ma'had Aly Nurul Hakim pada Sabtu 25 Mei 2024, (3) pertemuan calon wali santri pada Kamis 30 Mei 2024, (4) menemani saya dan Prof. Adi Fadli pada acara bedah buku "Merindui Nurul Hakim" pada Rabu 5 Juni 2024, (5) menemani saya pada acara bedah buku "Merindui Nurul Hakim" pada Senin 10 Juni 2024. 

Secara sepintas, Azka sudah memiliki hubungan emosional yang kuat dengan Nurul Hakim. Ia juga kerap membantu saya untuk memotret beberapa ungkapan bijak yang tertulis di beberapa tembok di kompleks asrama dan sekolah putra juga putri. Beberapa kali pula ia berkunjung dan menikmati suasana beberapa masjid yang ada di kompleks Nurul Hakim seperti masjid Zakaria As-Salamah, Firdaus, Al-Walidain, Al-Hayya, Ashabul Hikam, dan sebagainya. Termasuk sudah berkunjung ke kantor pimpinan yayasan Nurul Hakim Lombok. 

Pertanyaannya, mengapa Azka melanjutkan pendidikan ke Nurul Hakim? Seingat saya, saya belum pernah memaksa dia untuk melanjutkan pendidikan ke Nurul Hakim. Saya hanya bertanya beberapa kali ke mana kelak dia hendak melanjutkan pendidikan. Beberapa pertanyaan tersebut selalu ia jawab ke Nurul Hakim. Walau begitu, ia juga pernah menyebut nama pondok pesantren di Kuningan, Jawa Barat. Tapi Nurul Hakim tetap menjadi pilihannya. Hal ini sangat wajar, sebab saya merupakan santri Nurul Hakim tahun 1996-2002. Saya menulis buku seputar Nurul Hakim dan kerap bercerita tentang kehidupan santri saat saya nyantri di Nurul Hakim, serta kondisi Nurul Hakim saat ini. 

Bahkan saya sering diundang menjadi narasumber acara santri dan mahasiswa di Nurul Hakim. Terhitung sejak Mei, Juni dan September 2023 lalu saya sudah mengisi acara seminar dan pelatihan kepenulisan juga bedah buku di Nurul Hakim. Belakangan saya bersama alumni yang lainnya menulis buku baru lagi berjudul "Mencintai Nurul Hakim". Berita baiknya, Azka turut menyumbangkan satu tulisan untuk buku yang ditulis secara keroyokan ini. Pada tulisannya Azka mengulas tentang Nurul Hakim dan impiannya untuk melanjutkan pendidikan ke Nurul Hakim. Insyaa Allah buku ini bakal terbit dalam waktu dekat. 

23 Juni 2024, terhitung genap sebulan Azka berada di Lombok, tepatnya Mataram, tempat kosan kedua kakak sepupunya: Oktafia Safitrah (Kak Fia) dan Ramla (Kak Ramla). Keduanya adalah anak kakak saya yang pertama, Ahmad Kahir, asal Manggarai Barat, NTB. Hari ini Ahad 23 Juni 2024, Kak Fia dan Kak Ramla mengantar adik sepupu mereka (Azka) ke Nurul Hakim untuk mengikuti Ta'aruf Kepondokan yang berlangsung pada 23 hingga 29 Juni 2024 nanti. Azka sendiri memilih untuk mengikuti Program Pendidikan Khusus (PPKh) Kuliyatul Mu'alimin wal Mu'alimat al-Islami (KMMI) selama enam (6) tahun. 

Sebagai orangtua, saya sebagaimana juga istri saya Eni Suhaeni, serta keluarga besar berharap agar Azka lulus tes tulis dan wawancara serta tes kepondokan dalam bentuk Ta'aruf Kepondokan. Adapun hasil finalnya diserahkan kepada kebijakan pondok. Apapun kebijakannya, itu adalah pilihan terbaik, semuanya adalah kebaikan dari Allah. Bila pun kelak benar-benar menjadi santriwati Nurul Hakim, sebagai orangtua saya tentu sangat bersyukur karena impian saya juga demikian. Saya ingin semua anak saya dan keponakan saya bisa melanjutkan pendidikan di Nurul Hakim. Dengan catatan tetap menjaga niat Lillah, bukan untuk yang lainnya. 

Ala kulli hal, melanjutkan pendidikan ke Nurul Hakim merupakan pilihan sadar dan tulus Azka. Mungkin ada pengaruh bacaan dan cerita saya, itu wajar saja. Namun impian Azka sendiri jauh lebih mendominasi alasan yang mendasarinya sehingga mau ke Nurul Hakim. Mudah-mudahan adik-adiknya: Bukhari Muhtadin, Aisyah Humaira dan Arsyila nanti bisa melanjutkan pendidikan di Nurul Hakim.  Jazakillah dan syukron katsir pada Kak Fia dan Kak Ramla yang telah mengantar Azka untuk mengikuti Ta'aruf Kepondokan di Pondok Pesantren Nurul Hakim di Kediri, Lombok Barat, NTB yang berlangsung pada 23 - 29 Juni 2024. Semoga jasa baiknya dibalas oleh Allah dengan balasan terbaik. Aamiin! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Merindui Nurul Hakim" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah