Inspirasi Dari ND0T dan Jurus Jitu Menulis Buku


PADA Senin 3 Juni 2024 saya mendapat kesempatan menjadi narasumber acara pelatihan kepenulisan yang diselenggarakan oleh Nulis Dari 0-Terbit (ND0T) di Masjid Al-Haramain, berlokasi di Desa Teratak, Batukliang, Lombok Tengah, NTB. Kali ini saya ditemani oleh sahabat terbaik saya Pak Iwan Wahyudi, seorang intelektual muda sekaligus penggerak literasi di NTB asal Kota Bima, NTB.  Pada forum ini hadir Kak Azizah, Penggiat sekaligus Penggawa ND0T dan puluhan peserta yang berasal dari berbagai daerah di Lombok.  

Pada sambutannya Kak Azizah, selaku Penggiat dan Penggawa NDOT menyampaikan bahwa menulis adalah panggilan jiwa yang mestinya berdampak bagi penulis juga pembacanya. Karena itu, menurutnya, kita mesti berkolaborasi dan terus mengasah keterampilan menulis kita. "Rezeki itu bisa bertemu dan bergerak bersama orang-orang baik. Menulis adalah pekerjaan orang-orang asing. Sehingga penulis itu manusia asing. Waktunya selalu terisi untuk menyebar kebaikan. Bagi seorang penulis, yang paling berharga adalah waktu," ungkapnya. 


Menulis buku merupakan aktivitas yang berdampak mendalam dan meluas pada diri seorang penulis. Buku bukan saja menjadi dokumen berharga yang berisi ide atau gagasan, tapi juga motivasi dan inspirasi serta berbagai hal yang bermanfaat bagi penulis juga pembacanya. Sehingga kehadiran buku dalam kehidupan kita termasuk penulis merupakan momentum sejarah dan berharga. Apalah lagi bila kita bisa menulis buku karya kita sendiri. Itu merupakan pengalaman bersejarah dan berharga dalam hidup kita. 

Setiap orang tentu memiliki alasan tersendiri untuk menulis terutama menulis buku. Misalnya untuk mengabadikan rasa, mengikat ilmu dan informasi, memperkaya dan mempertajam wawasan, mengembangkan potensi atau minat-bakat diri, berbagi motivasi dan inspirasi, melanjutkan tradisi ulama dan tokoh dunia, kebutuhan karir: profesi dan akademik, memperpanjang usia, menjalankan perintah Allah, menambah stok amal jariyah, dan sebagainya. 


Seorang yang memiliki karya tulis terutama buku akan dengan sendirinya merefleksikan pikirannya dan menyebarkannya kepada banyak orang. Ketika seseorang menulis maka gagasannya bisa dibaca oleh banyak orang bahkan bisa bergaung melampaui ruangan. Sebab tulisannya menyebar ke mana-mana bahkan dibaca di seluruh dunia. "Bila kita menulis buku berarti kita sedang mengenalkan diri kita kepada banyak orang, termasuk impian, gagasan dan suara hati yang kita miliki kepada banyak orang," ungkap sahabat saya Pak Iwan Wahyudi. 

Menulis buku artinya menantang dunia secara terbuka dengan gagasan jenial kita. Kita mesti percaya diri dan optimis bahwa buku yang kita karyakan dibaca dan memiliki dampak baik bagi banyak orang. Dengan menulis buku berarti seseorang menghidupkan zaman dengan ide terbaik dan inspiratif yang dimilikinya. Dengan menulis buku seseorang bisa menciptakan dunia dengan cara pandang sang penulis. Maknanya, bila kita menulis buku maka kita menciptakan kehidupan baru yang lebih baik dan inspiratif bagi diri juga orang lain. 


Menulis tentu butuh modal dan langkah praktis. Misalnya, niat ikhlas dan tekad yang kuat. Selain itu, adanya penunjang: ide, media dan mental. Penulis juga harus aktif di komunitas kepenulisan dan aktif mengikuti audisi kepenulisan. Penulis tidak berleha-leha, mereka pasti mengisi waktunya dengan aktivitas membaca, menulis dan berdiskusi. Mereka mewakafkan dirinya untuk menggeluti sesuatu yang bisa jadi tidak bisa digeluti oleh kebanyakan orang. Aktivitas yang bukan saja asing tapi juga menantang. 

Penulis juga memiliki tradisi unggul seperti baca, baca dan baca. Penulis juga harus memiliki fokus dan target, memiliki outline, aktif mencicil tulisan, langsung praktik menulis, mampu mengedit kecil-kecilan tulisannya, dan memiliki jaringan penerbitan sekaligus media publikasi. Penulis memiliki kegelisahan yang sangat manakala di setiap harinya hanya berdiam diri tanpa karya tulis. Penulis selalu terngiang untuk berkarya dan karyanya dibaca oleh banyak pembaca serta bermanfaat bagi banyak orang. 


Sebuah tulisan atau buku akan mendapatkan daya tarik dari pembaca manakala memiliki tiga kunci penting yaitu penting, menarik dan relevan. Penting, karena tulisan tersebut benar-benar dibutuhkan oleh pembaca. Menarik, karena kemasan dan diksinya yang apik. Serta relevan, karena dapat dinikmati di setiap konteks waktu dan tempat yang layak. Ketertarikan pembaca juga disebabkan oleh nilai-nilai luhur yang terkandung dalam buku yang mereka baca. Di samping pengetahuan dan gagasan yang terkandung di dalamnya. 

Ide dan sumber tulisan sangat banyak misalnya kejadian menarik di sekitar kita. Ada banyak kejadian yang kita lihat, informasi yang kita dengar dan peristiwa yang inspiratif. Semua itu menjadi sumber informasi yang dapat menjadi sumber ide untuk menulis terutama menulis buku. Untuk memudahkan aktivitas menulis, kita bisa menggunakan rumusan 5 W + 1 H (what, when, where, who, way dan how). Bila kita memiliki satu ide maka ide tersebut kita "preteli" dengan pertanyaan rumusan tersebut. Sehingga menjadi sebuah tulisan yang layak dipublikasi. 


Atau bisa juga menggunakan rumusan sarang laba-laba. Teknisnya, tulis satu kata yang kita sukai lalu kata itu kita "preteli" dengan rumusan 5 W + 1 H. Bila kita kesulitan untuk menulis buku secara mandiri, kita bisa menulis dengan cara lain misalnya menulis secara keroyokan. Kita bisa menulis antologi artikel dengan banyak penulis dari berbagai kota lintas latar belakang. Kita juga bisa mengumpulkan cerita, mengumpulkan pengalaman inspiratif, menulis biografi politik atau karir tokoh, dan masih banyak lagi.

Menulis buku tentu memiliki tantangan dan peluang tersendiri. Namun pada era ini berbagai sumber tulisan dapat kita peroleh secara gratis. Dari  buku karya penulis lain hingga media massa juga media online. Semua itu adalah sumber inspirasi yang menarik dan lagi-lagi sebagian besarnya gratis dan bisa diakses kapan pun dan di mana pun. Menulis buku pun bisa dilakoni oleh siapapun, terutama oleh anak-anak muda Indonesia, seperti pelajar, pemuda juga mahasiswa. Bila kita sungguh-sungguh maka kita bakal menggapai apa yang seharusnya kita karyakan, terutama dalam bentuk buku. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan" 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah