Buku Baru dan Spirit Literasi Bang Iqbal


Silaturahim bernyawa literasi memang beda. Beda rasanya, beda efeknya. Mereka yang mengalaminya akan merasakan sendiri suasananya. Itulah yang saya peroleh pada saat berjanji untuk bertemu dengan sahabat baik saya Mas Hasan yang berasal dari Sumbawa, NTB pada Jumat 14 Juni 2024. Mas Hasan merupakan sahabat saya saat menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Hakim di Kediri, Lombok Barat pada 1996-2002 silam. 

Alhamdulilah dengan bantuan Mas Hasan, pada Jumat 14 Juni 2024 sekitar pukul 22.30 WIB saya berkesempatan bersua dengan Pak Lalu Muhamad Iqbal (Mamiq Iqbal) di sebuah lokasi di Kota Mataram, NTB. Seorang tokoh nasional asal Lombok Tengah, NTB, yang pernah menjadi duta besar Indonesia untuk Turky beberapa tahun. Banyak hal diobrolkan pada pertemuan belasan menit ini. Diantaranya seputar perkembangan literasi di Indonesia juga NTB. Lebih khusus lagi perihal penulisan buku baru secara keroyokan. 


Saya sangat terharu dan bangga dengan antusias Bang Iqbal saat menerima saya dan mendapatkan hadiah buku dari saya. Beliau begitu senang dan riang mendapatkannya. Kegembiraannya benar-benar terlihat dari tatapan wajah saat berbincang ringan dengan saya. Begitu juga saat berjabat tangan dengan saya, sangat merasakan sentuhannya. Autentik dan dari hati. Bahkan meminta saya untuk terus berkarya dan tidak terjebak pada sekat-sekat kepentingan politik sesaat. Bagi beliau, literasi dan karya tulis menjangkau semua, apapun latar belakang dan profesinya. 

Menulis buku memang tradisi yang harus terus dijaga, termasuk oleh para penggiat baru di dunia kepenulisan. Berbagai hambatan dan tantangan bukan menjadi penghalang untuk terus berkarya. Bahkan semua itu menjadi inspirasi untuk terus berbenah dan berkarya. Menulis lagi, menulis lagi dan menulis lagi. Sebagai pemula dalam dunia kepenulisan, saya merasa ada kobaran semangat yang terus menyala ketika mendapatkan suntikan motivasi dengan banyak orang termasuk dari Bang Iqbal. Saya pun semakin percaya bahwa menulis adalah jalan kebaikan yang harus terus dilakoni. 


Saya membayangkan bila para kandidat bakal calon atau calon kepala daerah di seluruh Indonesia memiliki kepedulian pada dunia literasi Indonesia juga daerahnya maka tradisi ini bakal menunjang berbagai agenda atau program yang dijalankan kelak. Bila mereka mendorong para penulis untuk terus berkarya maka negara kita bakal terus meningkat kualitas literasinya. Literasi bukan saja mengulas perihal baca dan tulis tapi juga aspek ekonomi, investasi, pengembang potensi, kesadaran budaya dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Kita dengan latar belakang yang berbeda, baik latar sosial, politik, ekonomi maupun suku, memiliki tanggungjawab yang sama dalam menjaga dan memajukan literasi Indonesia. Pembukaan konstitusi negara kita menegaskan bahwa salah satu tujuan kita bernegara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Menghadirkan karya tulis yang berkualitas adalah salah secara mencerdaskan bangsa. Bacaan yang berkualitas tentu hanya mampu dilakukan oleh penulis yang memiliki gagasan jenial dan keterampilan terasah dalam menghadirkan tulisan. Para penulis mesti mendapatkan apresiasi dan hadiah dari negara. 


Terima kasih banyak Bang Iqbal juga Mas Hasan serta tim Bang Iqbal yang telah berkesempatan untuk silaturahim dan berbincang seputar literasi terutama perihal kepenulisan buku dengan saya. Saya sangat percaya bahwa kolaborasi setiap elemen adalah kunci utama majunya literasi Indonesia, termasuk di NTB. Kita boleh berbeda dalam hal apapun, tapi kita memiliki titik temu yaitu literasi. Sungguh, Indonesia butuh kolaborasi semua elemen, itulah energi besar yang membuat Indonesia semakin maju dan jaya. Semoga kedua buku saya yang berjudul "Optimisme KAMMI Merawat Indonesia" dan buku "Pemuda Negarawan" bermanfaat bagi Bang Iqbal dan banyak orang di luar sana! (*)

* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah