Kolaborasi dan Koneksi Nurul Hakim


Alhamdulillah pada Selasa 11 Juni 2024 saya bisa bersua langsung dengan Direktur Utama Jamkrida NTB Pak Lalu Taufik Mulyajati (Bang Taufik) di sebuah kafe di Kota Mataram, NTB. Sebagai sesama alumni Pondok Pesantren Nurul Hakim di Kediri, Lombok Barat, NTB, kami membincang seputar pengalaman, cerita dan kesan saat menempuh pendidikan. Sebuah pertemuan yang bukan saja berkesan tapi juga menambah perspektif dalam menjalani kehidupan dan menghadapi berbagai turbulensi yang terus menghadang. 

Koneksi Nurul Hakim memang bukan koneksi kaleng-kaleng. Itu yang saya saksikan dan alami selama ini. Ini bukan soal saya dengan siapa, atau saya bertemu siapa. Tapi tentang hal-hal penting lainnya. Titik temu alumninya sangat banyak. Bukan saja values atau nilai luhur yang sudah tertanam sejak lama, tapi juga cara pandang terhadap masa depan. Sehingga pertemuan kali ini lebih dari sekadar jumpa kangen sesama alumni Nurul Hakim, sebab begitu banyak hal-hal inspiratif yang bisa dijadikan modal untuk menjangkau hal-hal baru kini dan nanti.

Rupanya sosok orang nomor satu di Jamkrida NTB ini bukan saja jago manajemen tapi juga melek literasi. Bahkan bukan sekadar melek literasi tapi punya kepedulian yang tinggi pada literasi. Di luar dugaan kami pun punya rencana untuk menyusun buku baru. Literasi memang bukan sekadar tradisi baca dan tulis, tapi juga pendalaman, penyadaran dan adaptasi untuk selalu kreatif dan inovatif. Namun demikian baca dan tulis menjadi kunci. Termasuk menelisik rencana dan mencicil agenda dalam tulisan ril. Sehingga mudah dibaca dan menjadi inspirasi bagi siapapun yang hendak mendapatkan peta jalan dan perspektif baru. 

Sebagai pemburu kesuksesan kita harus haus dengan berbagai informasi dan inspirasi dari berbagai sumber. Baik yang berdimensi masa lalu maupun masa kini juga nanti. Tantangan dan peluang yang bermunculan pun menjadi medan terbuka untuk menguji kemampuan diri. Koneksi dan kolaborasi dapat menjadi kebutuhan utama yang tak bisa dianggap remeh atau sepele lagi. Mengutip ungkapan seorang kawan, "Bos, ini era kolaborasi. Bukan era gontok-gontokan dan sibuk mencela orang atau pihak lain. Lebih baik fokus pada mimpi dan ide besar, daripada menjadi virus berbahaya." 

Saya termasuk yang percaya bahwa mimpi dan ide besar dibangun dari sebuah rute perjalanan panjang dalam pengalaman hidup yang juga panjang. Selain itu, ia juga bisa dibangun melalui proses pembacaan yang mendalam pada berbagai sumber bacaan juga realitas sekaligus dinamika lingkungan sekitar. Mereka yang terlihat memiliki mimpi dan ide besar biasanya memiliki tradisi literasi yang kuat. Selain banyak membaca realitas dan menelisik peluang, juga aktif menyusun langkah praktis mewujudkan mimpi dan menjalankan ide-ide. 

Sekali lagi, titik temu kami sangat banyak terutama nilai-nilai luhur yang sudah kami peroleh sejak awal masuk Nurul Hakim. Para Tuan guru dan ustad adalah model sekaligus transformer handal. Mereka kaya akan nilai-nilai. Seperti ikhlas, sabar, syukur, saling percaya, cinta, persaudaraan, kemandirian, kolaboratif dan adaptif dengan zaman. Itulah modal kami hingga mesti dan terus menyala dalam segala situasi dan sampai kapan pun. Sehingga di mana dan kapan pun alumni Nurul Hakim selalu ulet dan memiliki lakon peran sejarah yang selalu menyejarah. Nurul Hakim jaya dan mendunia dengan karya adalah impian, adapun buku itu hanya trigger sekaligus pemantik! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah