Literasi, Kolaborasi dan Komunikasi


Alhamdulillah Senin 24 Juni 2024 saya bisa bersua dengan Ketua dan Pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) di Caffe & Resto sebelah barat kampus UMC. Ada Mas Evan, Mba Mala, Mba Sevira dan dua lainnya. Pada pertemuan selama 2 jam lebih ini mereka mengundang saya untuk menjadi narasumber dan membincang perihal persiapan acara bedah buku "Pemuda Negarawan" pada Kamis 27 Juni 2024 di kampus UMC Jalan Watubelah, Sumber, Cirebon.  

Dua buku terbaru saya yang berjudul "Pemuda Negarawan" dan "H. Lalu Pathul Bahri; Motivasi, Pengalaman Hidup dan Kepemimpinan" saya kenalkan juga pada mereka. Bahkan buku "Pemuda Negarawan" saya hadiahkan untuk mereka. Saya memang sudah terbiasa untuk membawa buku ke mana-mana, termasuk bila ada pertemuan dengan siapapun di banyak momentum. Bagi saya, buku adalah sahabat yang tulus untuk menemani. Semurah apapun harga buku, dia tetap terhormat dan membanggakan. Maka membawa, apalagi menulis buku menjadi keniscayaan. 


Inspirasi pertemuan ini sangat banyak, seperti perlunya penguatan literasi di kalangan kaum muda terutama mahasiswa. Menjadi generasi literat merupakan kunci penting yang harus dimiliki oleh siapapun terutama kaum muda Indonesia era ini. Generasi literat akrab dengan teknologi informasi, media massa dan buku. Sebab ilmu, ide dan informasi selalu terpublikasi dan terdokumentasi pada tiga elemen penting tersebut. Melek teknologi, informasi dan buku pun menjadi sebuah keniscayaan dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. 

Mereka yang sudah literat biasanya mampu berkolaborasi dengan elemen mana pun. Mereka bakal mencari titik temu untuk sebuah ide, misalnya. Bahkan dalam banyak momentum, mereka sukses melahirkan karya literasi termasuk buku yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Dalam konteks buku, misalnya, para kaum literat terutama dari kalangan muda, terbiasa untuk menulis keroyokan. Hal ini bukan karena mereka miskin ide, tapi lebih kepada kebanggaan untuk selalu bersama. Bersatu dan menyatu dalam circle yang sama.  


Kunci kolaborasi adalah komunikasi. Saya percaya itu. Karena itu pula saya sangat percaya bahwa mahasiswa komunikasi termasuk yang ada di UMC bakal menjadi elemen penting di era ini dan nanti. Mereka bukan saja bisa menjadi penggiat komunikasi di berbagai bidang tapi juga menjadi "pahlawan" yang merekat dan mempersatukan keragaman dalam satu wadah yang terus terjaga yaitu Indonesia. Mereka adalah generasi perekat dan pemersatu bangsa yang beranekaragam suku, ras, bahasa, budaya dan latar sosial lainnya ini. 

Menulis sebagai bagian dari aktivitas literasi memang tidak bisa pakai formula "one man one show". Di sini harus ada kolaborasi antar elemen. Dari penulis dan pembaca hingga penerbit dan fasilitator dunia kepenulisan. Saya sangat percaya dengan sebuah ungkapan sederhana namun maknanya sangat dalam, "Ide yang baik dan karya yang baik akan lebih baik bila adanya kolaborasi yang juga baik." Tiga elemen ini: literasi, kolaborasi dan komunikasi pun menjadi elemen kunci bagi siapapun di era ini, terutama bagi siapapun yang terjun dalam dunia kepenulisan. 


Mengenai hal ini saya menjadi teringat dengan ungkapan sahabat baik saya, salah satu orang penting di Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), namanya Pak Asbah Ambalawi Beliau kerap mengatakan, "Berani Berkolaborasi, Hebat". Fil Harakah Barakah". Intinya, era ini adalah era kolaborasi. Apapun profesi kita, saat ini kita harus mampu mencari titik temu dengan siapapun, termasuk mereka yang berbeda latar belakang, minat dan bakat. Dengan kolaborasi kita bisa bergerak dan berkarya, sehingga semuanya mendapat nilai tambah termasuk kebermanfaatan yang berlipat ganda.

Sebagai penambah bacaan, pada kesempatan ini saya juga merekomendasikan kepada mereka agar membaca tiga buku yaitu (1) Berpikir dan Berjiwa Besar karya David J Schwartz, (2) Atomic Habit karya James Clear , dan (3) Plan Your Success karya saya sendiri. Ketiga buku ini berisi tentang hal-hal sederhana bahkan terlihat sepele tapi berdampak besar. Dari ide, benda dan momentum yang sederhana hingga kebiasaan yang terlihat sepele tapi berdampak besar. Ketiga buku ini menjadi spirit pelengkap era ini bahwa komunikasi adalah kunci. Siapa yang jago berkomunikasi bakal bisa jadi sosok literat dan mampu berkolaborasi dengan siapapun. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah