Literasi, Kolaborasi dan Komunikasi
Dua buku terbaru saya yang berjudul "Pemuda Negarawan" dan "H. Lalu Pathul Bahri; Motivasi, Pengalaman Hidup dan Kepemimpinan" saya kenalkan juga pada mereka. Bahkan buku "Pemuda Negarawan" saya hadiahkan untuk mereka. Saya memang sudah terbiasa untuk membawa buku ke mana-mana, termasuk bila ada pertemuan dengan siapapun di banyak momentum. Bagi saya, buku adalah sahabat yang tulus untuk menemani. Semurah apapun harga buku, dia tetap terhormat dan membanggakan. Maka membawa, apalagi menulis buku menjadi keniscayaan.
Mereka yang sudah literat biasanya mampu berkolaborasi dengan elemen mana pun. Mereka bakal mencari titik temu untuk sebuah ide, misalnya. Bahkan dalam banyak momentum, mereka sukses melahirkan karya literasi termasuk buku yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Dalam konteks buku, misalnya, para kaum literat terutama dari kalangan muda, terbiasa untuk menulis keroyokan. Hal ini bukan karena mereka miskin ide, tapi lebih kepada kebanggaan untuk selalu bersama. Bersatu dan menyatu dalam circle yang sama.
Menulis sebagai bagian dari aktivitas literasi memang tidak bisa pakai formula "one man one show". Di sini harus ada kolaborasi antar elemen. Dari penulis dan pembaca hingga penerbit dan fasilitator dunia kepenulisan. Saya sangat percaya dengan sebuah ungkapan sederhana namun maknanya sangat dalam, "Ide yang baik dan karya yang baik akan lebih baik bila adanya kolaborasi yang juga baik." Tiga elemen ini: literasi, kolaborasi dan komunikasi pun menjadi elemen kunci bagi siapapun di era ini, terutama bagi siapapun yang terjun dalam dunia kepenulisan.
Sebagai penambah bacaan, pada kesempatan ini saya juga merekomendasikan kepada mereka agar membaca tiga buku yaitu (1) Berpikir dan Berjiwa Besar karya David J Schwartz, (2) Atomic Habit karya James Clear , dan (3) Plan Your Success karya saya sendiri. Ketiga buku ini berisi tentang hal-hal sederhana bahkan terlihat sepele tapi berdampak besar. Dari ide, benda dan momentum yang sederhana hingga kebiasaan yang terlihat sepele tapi berdampak besar. Ketiga buku ini menjadi spirit pelengkap era ini bahwa komunikasi adalah kunci. Siapa yang jago berkomunikasi bakal bisa jadi sosok literat dan mampu berkolaborasi dengan siapapun. (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan"
Komentar
Posting Komentar