Idhul Adha 1445 H dan Diaspora Mabar Surabaya
Idhul Adha artinya kembali berqurban. Substansinya adalah kesediaan untuk memberi tanpa pamrih dengan bingkai cinta. Cinta adalah kata sifat tapi ia bermakna manakala dilakoni dengan tindakan nyata. Mencintai artinya berqurban. Mengorbankan hati, perasaan dan rasa cinta itu sendiri untuk kedamaian, kenyamanan dan kebahagiaan bersama.
Dalam konteks diaspora, ada 6 modal unggul yang harus dimiliki oleh diaspora Manggarai Barat di Surabaya, pertama, communication (komunikasi). Kemampuan berkomunikasi merupakan modal penting di tanah rantauan. Kemampuan ini akan memudahkan kita untuk membangun koneksi dan jejaring dengan siapapun dan komunitas atau elemen manapun.
Berpikir pada umumnya berbasis pada ilmu yang kokoh, pengetahuan yang luas dan orientasi yang yang jelas yaitu masa depan yang lebih baik. Mereka yang merantau dalam bingkai ini maka besar kemungkinan bakal memiliki karir yang mentereng, sehingga dapat berkontribusi pada pembangunan daerah, dalam hal ini Manggarai Barat.
Keempat, colaboration - celebration (kolaborasi - selebrasi). Diaspora Manggarai Barat dikenal akrab dengan semua kalangan, di mana pun mereka berada. Ini adalah modal diaspora Manggarai Barat di Surabaya. Namun dikenal saja tak cukup, karena itu butuh kemampuan untuk berkolaborasi dengan semua kalangan. Diaspora harus membuka peluang untuk berkolaborasi dengan siapapun dan elemen manapun. Hal ini menjadi modal dalam rangka melakukan berbagai selebrasi atau tindakan sekaligus aksi nyata. Baik aktivitas yang berkaitan dengan kepentingan personal maupun organisasi HM3 Surabaya. Termasuk aksi nyata untuk kemajuan Manggarai Barat.
Saya sampaikan jazakumullah kepada HM3 Surabaya yang berkenan mengundang saya sebagai narasumber. Saya harus menyampaikan bahwa pada mereka saya mesti belajar tentang ketulusan, kekeluargaan dan kebersamaan. Mereka telah membuktikan bahwa tanah rantauan adalah medan paling apik untuk menjalankan aksi cinta tanpa tapi.
Saya merasakan aura dan suasana kehangatan yang sangat nyata di Surabaya. Tanpa pamrih dan tanpa berharap apa-apa. Sebuah pertemuan singkat tapi punya kesan dan bakal menjadi kenangan indah yang panjang, dan tentu saja akan selalu saya kenang.
Diskusi dan pertemuan semacam ini menjadi agenda yang sangat berharga dan istimewa. Terutama bagi saya yang masih perlu banyak belajar, pertemuan semacam ini menjadi momentum pembelajaran yang gratis. Bukan sekadar tentang ide atau gagasan tapi juga tentang kebersamaan dan rindu yang tulus.
Kampung halaman adalah tempat kita dilahirkan dan pertama kali menikmati makanan dan minuman hasil kerja keras para orangtua juga leluhur kita. Mereka adalah pahlawan hebat dan dahsyat yang kita punya. Karena itu, kita selalu memiliki tanggungjawab untuk melanjutkan kebaikan yang sudah dilakoni oleh para leluhur kita. Kita mesti merajut sejarah baru di era baru ini.
Kesungguhan untuk menyicil kesuksesan di tanah rantauan merupakan amanah suci dari mereka yang harus kita jaga. Kita tidak mesti menjadi apa dan siapa, cukup menjaga hati dan perasaan mereka agar tetap bahagia. Jangan sekali-kali mengecewakan keluarga besar di kampung halaman, bahkan Manggarai Barat, sebab kita adalah duta daerah, ya duta Manggarai Barat di tanah rantauan.
Pertemuan Selasa 18 Juni 2024 sejak sore hingga malam, bahkan pertemuan sebelum dan sesudahnya di Surabaya adalah momentum sejarah yang sangat gemilang. Semuanya menjadi kenangan indah tak terlupakan. Kini dan nanti. Selamanya. Walau kelak kita berbeda karir dan lakon kehidupan, kita tetap dalam bingkai keluarga besar diaspora Manggarai Barat.
Mudah-mudahan ini bukan pertemuan dan terakhir, sebab selalu ada alasan untuk bersua kembali. Tak mesti dalam bentuk acara besar dan formal, karena bertukar sapa, salam dan senyum juga cerita adalah segalanya. Mungkin ada salah dan khilaf yang telah kita lakukan, semua itu menjadi alarm agar kita terus berbenah dan memperbaiki diri.
Saya layak menyampaikan mohon maaf atas segala khilaf dan salah dalam ucap, tindakan dan sikap selama bersua. Suasana Idhul Adha masih terasa, ini momentum terbaik bagi kita untuk memohon maaf dan saling memaafkan. Kita bukan manusia sempurna, karena itu kita mesti berani membuka hati untuk memaafkan siapapun, termasuk sesame diaspora Manggarai Barat di Kota Pahlawan dan sekitarnya.
Terima kasih banyak Surabaya, terima kasih banyak Himpunan Mahasiswa Muslim Manggarai (HM3) Surabaya. Terima kasih pula kepada keluarga besar diaspora Manggarai Barat di Surabaya dan sekitarnya. Harapannya, semoga Allah selalu membimbing, memberkahi dan membalas seluruh kebaikan semuanya! (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan"
Komentar
Posting Komentar