Bu Hj. Nurul Adha dan Urgensi Literasi Perempuan
Pondok pesantren Nurul Hakim merupakan salah satu pesantren terbesar di Nusa Tenggara mencakup Bali, NTB dan NTT. Nurul Hakim telah meng-alumnikan puluhan ribu santri sejak berdiri hingga kini. Santrinya berasal dari NTB mencakup Lombok dan Sumbawa juga di luar NTB seperti Bali, Jawa, Sumatra dan sebagainya. Alumninya telah menyebar ke berbagai penjuru Indonesia dan ke luar negeri lintas benua.
Mendapatkan kesempatan untuk silaturahim dengan anak Tuan Guru pada momentum yang sama merupakan sebuah anugerah. Sebab dengan begitu saya bisa mendengar secara langsung tentang apapun kebaikan yang layak saya dengar. Semuanya menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi saya untuk tingkatkan kualitas diri, baik sebagai alumni dari pondok yang sama maupun sebagai calon wali santri yang kini sedang menanti waktu ujian kepondokan anaknya yang sudah daftar di pondok NH.
Saya sangat bersyukur, haru dan bangga karena tiga tokoh perempuan Lombok Barat ini merupakan keturunan ulama yang alim, bersahaja dan disegani oleh masyarakat NTB. Ketiganya juga memiliki kepedulian yang tinggi pada kemajuan literasi di Lombok Barat, termasuk literasi di kalangan pesantren, lebih khusus lagi di Nurul Hakim. Ketiganya sama-sama menyampaikan dukungan dan apresiasi atas apa yang saya lakoni selama ini: pelatihan menulis dan menulis hingga menerbitkan buku.
Saya sendiri memang sejak 2008 silam hingga sudah mewakafkan diri untuk berkontribusi pada dunia kepenulisan. Bagi saya, dunia kepenulisan memiliki peranan besar dalam upaya menjalankan tugas mulia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Walau dunia yang satu ini sepi uang sehingga tak banyak orang terlibat di dalamnya, namun ia kaya nilai dan gagasan itu sendiri. Sehingga saya pun sejak 2008 itu sudah menulis artikel juga buku.
Secara khusus, bersua dengan Bu Nurul merupakan kesempatan spesial bagi saya, terutama dalam rangka membangun literasi di berbagai kota di seluruh Indonesia, termasuk di Lombok Barat. Posisi Bu Nurul sebagai Wakil Ketua DPRD Lombok Barat sekaligus Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Lombok Barat sangat berkaitan dengan literasi, terutama literasi perempuan.
Kita maklum bahwa kasus kekerasan pada perempuan di Indonesia cukup tinggi, termasuk di NTB. Tak sedikit perempuan yang menjadi korban, baik dalam lingkup rumah tangga maupun dalam lingkup ketenagakerjaan di dalam atau luar negeri. NTB termasuk salah satu propinsi yang warganya kerap berurusan dengan hukum, bahkan mereka menjadi korban kekerasan dimana mereka bekerja. Hal lain, angka perceraian di NTB juga masih tergolong tinggi. Lombok Barat pun mengalami hal serupa.
Nah, kehadiran Bu Nurul di pentas politik Lombok Barat merupakan alarm yang menggembirakan bagi kita semua. Bahwa perempuan bukan saja jago pada urusan domestik tapi juga pada urusan publik. Perempuan bisa menjadi politisi, pejabat, pengusaha dan pemimpin di berbagai sektor kehidupan publik. Bahkan Bu Nurul turut mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat SD hingga SMP. Kualitas alumninya pun tergolong membanggakan dan mendapat apresiasi dari berbagai kalangan.
Di sinilah perlunya literasi perempuan, bahwa perempuan harus sadar akan seluruh potensi dasarnya yang bila saja dikelola dan dimanfaatkan dengan baik maka bakal terjadi perubahan mendasar di berbagai lini. Perempuan memiliki kemampuan untuk mengurus masalah rumah tangga dan pendidikan anak, juga memimpin lembaga pemerintahan di berbagai levelnya. Lebih dari itu, secara khusus, bahwa perempuan sejatinya bisa menjadi politisi hebat bahkan menjadi negarawan yang membanggakan. (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan"
Komentar
Posting Komentar